Rabu, Februari 23, 2011
Lepaskan kacamata hijaumu


B
egitu dahsyat dampak dari berita tentang bahayanya ‘global warming’ hingga pada saat ini hampir semua program kegiatan ataupun pembangunan perumahan , mal dan apartemen selalu siap untuk menambahkan kata ‘GREEN’ pada setiap produk ataupun slogan tim pemasaran.bahkan setiap program pemerintah yang berbau lingkungan rasanya tidak afdol jika tidak membubuhkan kata ‘GREEN’ pada setiap cover atau spanduk yang bertebaran disetiap persimpangan jalan.Berbagai kata ‘ GREEN’ bagaikan kata sisipan yang ampuh untuk mendongkrak penjualan sebuah produk yang dianggap akan mampu menunjukan identitas social sebagai kaum modernis yang peduli akan lingkungan.

Segala ketidak mampuan untuk dapat menjaga lingkungan seakan menjadi lebih ‘GREEN’ jika kita selalu bicara tentang green building, green harbor, green wall, green infrastructure, green highways dan segala green yang lain, anda hanya perlu menyisipkan kata ‘GREEN’ di balik sebuah kata benda atau kata sifat maka secara otomatis anda akan terlihat masuk dalam kategori sosok ‘GREENER’, sosok pribadi yang modern,futuristic,mengerti tentang high-tech dan memiliki empati terhadap sesama yang tinggi.

Kata ‘GREEN’ yang seharusnya tidak hanya merupakan kata dengan pengertian harafiah ‘HIJAU’ dimana pada saat pelaksanaannya hanya melakukan Program penanaman kembali atau perlombaan untuk menghijaukan sebuah area dengan berbagai pohon, bukankah untuk hal tersebut kita sudah mengenal kalimat ‘reboisasi’? atau malah yang lebih ekstrim pengertian ‘GREEN’ cukup dengan menempelkan poster pohon-pohon hijau pada setiap pembangunan di ibukota seakan ingin menunjukan bahwa pembangunan yang sedang dilakukan tidak akan berdebu, tidak akan berbau, tidak akan menebang pohon dan pro terhadap lingkungan, meskipun image foto pepohonan hijau pada poster-poster tersebut hasil gebetan dari internet tanpa minta izin dari sang pemilik hak cipta karya foto tersebut.

Apa karena sudah tidak ada lagi area hijau di Indonesia yang dapat difoto untuk dijadikan image milik sendiri ..?

Kata’GREEN’ yang sedang menjadi fenomena salah kaprah di negeri ini merupakan tindakan pembodohan diri sendiri dan masyarakat dalam memberikan arti makna yang terkandung dalam penggunaan kata ‘GREEN’ ,



Pesan akan Semangat gerakan untuk Hidup lebih baik di masa depan dan dapat meningkatkan kwalitas kehidupan alam dengan tindakan melakukan tindakan rekayasa konstruksi dengan teknologi secara ekologis menjadi pupus akibat distrosi dari segelintir pihak yang memetik keuntungan sesaat dari gerakan ‘GREEN’ dan memenjarakan semangat ‘GREEN’ dalam kerangkeng kapitalis yang berlebihan.

Semangat ‘ GREEN’ yaitu Gerakan untuk tidak melakukan tindakan pembangunan dengan bercirikan Sikap Antropsentris, dimana Manusia menjadi penentu dengan menggunakan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menguasai , mengeksploitasi dan meng eksplorasi alam untuk kepentingannya sendiri. Dan sebagai akibatnya pada masa yang serba modern ini, sikap anthropocentris merajalela yang tanpa disadari telah menyebabkan kehancuran dalam diri alam semesta.

Fenomena perubahan iklim global ( global climate change) telah menjadi babak baru dan menimbulkan kesadaran baru umat manusia mengenai betapa mendesaknya agenda aksi yang pro-lingkungan hidup.

Untuk itu diperlukan cara pandang baru yang benar-benar dapat memperbaiki hubungan antara manusia dan alam yang bersifat eksploitatif dan tidak seimbang ini. Manusia bukanlah pusat penentu yang menjadi subjek kekuasaan dan memiliki hak-hak asasi akan tetapi alam semesta juga demikian,alam mempunyai hak-hak dasar untuk tidak dirusak dan di ganggu keseimbangannya, daya dukung alam untuk kehidupan manusia dari generasi generasi harus dijaga keberlangsungannya sepanjang masa.inilah pokok dotrin “SUSTAINABLE DEVELOPMENT ”.

Bermasyarakatnya mahluk hidup tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi hewan dan tumbuhan juga membentuk dan memiliki masyarakat antar jenisnya atau kadang bermasyarakat dengan lain jenisnya. (chafid fandeli dan muhamad prinsip dasar mengkonservasi lanskap, 2009)

Maka,

Lepaskan kacamata Hijau-mu……








Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 18.43 | Permalink | 2 comments
Seberapa pantas dipercaya..??

P
rofesi seorang Arsitek Lansekap yang mempunyai ruang lingkup kerja didalam kerangka bidang ilmu Arsitektur Lansekap atau lebih biasa disebut Arsitektur Ruang Hidup bukanlah sekedar suatu ketrampilan yang berkembang dan mempunyai cara-cara yang lazim dalam mengerjakan hal-hal sesuai petunjuk praktis saja. Keprofesian seorang Arsitek Lansekap haruslah selalu mempunyai dasar teoritis dan ilmiah, namun pengetahuan teoritis dan ilmiah yang diperlukan untuk menjadi professional janganlah di kacaukan dengan gejala keahlian yang relatif baru.

Banyak kaum professional Arsitek Lansekap menyatakan bahwa mereka ingin menggunakan pengetahuan dan keahlian mereka untuk membantu orang lain atau klien, dan untuk melakukan hal tersebut sudah selayaknya mereka memiliki kebebasan untuk me-praktekan keahlian mereka seperti yang mereka anggap baik dan bukan seperti yang dianggap baik oleh klien.

Karena jika klien dapat menolong diri sendiri maka peran dan tanggungjawab seorang arsitek lansekap tidaklah di butuhkan ,namun pada kenyataan bahwa klien dengan sukarela datang kepada professional justru menunjukan bahwa mereka tidak mampu menolong diri sendiri,mereka ingin mendapatkan nasihat dari seorang professional.

Ketidak mampuan klien merupakan fakta dan dari sudut pandang ahli, tidak bijaksana bila membiarkan ahli membuat keputusan baginya. Mungkin lebih baik jika klien belajar menolong dirinya sendiri, tetapi pengetahuan yang mereka butuhkan untuk itu tidak mudah diperoleh, pendidikan formal dan pratek banyak diperlukan untuk menguasai berbagai teknik professional.


Oleh karena itu tak seorang pun klien-pun dapat mengetahui tentang pelayanan apa yang didapatkan sesudah itu,banyak klien tidak senang dengan hasil yang baik, atau malah puas dengan hasil yang buruk. Kadang-kadang klien tidak mengakui atau mengetahui bahwa masalahnya tidak dapat terselesaikan, bahkan dengan bantuan seorang professional. oleh karena itu kepuasan klien atas hasil bukanlah ukuran utama apakah seorang professional telahh bertindak dengan cara yang dapat dipercaya.

Posisi yang ditempati klien bukanlah posisi yang pas untuk menilai kompetensi,kecuali untuk hal-hal yang biasa ;apa yang tampak sebagai kompetensi atau kemampuan yang luar biasa dimata rekan-rekan.

Seorang professional adalah seorang yang telah berikrar. Berikrar telah di mengerti sebagai pengakuan di muka umum untuk menyempurnakan hidupnya sendiri.pada gilirannya menyempurnakan hidup sendiri telah dianggap membutuhkan SCIENTIA (pengetahuan) , scientia merupakan “keinginan atau kesempurnaan yang merupakan hasil penyatuan dari sesuatu yang dapat di mengerti dan kemampuan intelektual.

Sasaran yang dipelajari oleh seorang professional sebagai bagian untuk menyempurnakan hidupnya sendiri adalah ‘sama’ dengan kesehatan klien, keadilan klien, kebaikan klien merupakan sasaran kaum professional. Berbeda dengan keahlian professional yang merupakan pengetahuan yang diterapkan oleh para praktisi untuk melayani sebuah tujuan ,keahlian harus selalu diterapkan untuk melakukan sesuatu didunia ,keahlian orang yang tahu bisa memilih tujuan menurut kesukaannya sendiri, karena itu ia ‘belajar’ atau ‘menjadi ahli’ dengan mendapatkan kemampuan untuk secara konsisten menghasilkan hasil yang di senangi,dengan demikian tingkat tertinggi seorang penembak jitu atau seorang ahli sama-sama terdiri dari keberhasilan dalam melaksanakan tugas secara terus menerus yang ditetapkan pelaku bagi dirinya sendiri.

Kaum professional bertindak atas nama manusia lain atau klien.Oleh karena orang normal biasanya tidak mempercayakan kesehatan, kebebasan atau dananya kepada orang asing. maka harus ada sesuatu pada kaum professional yang membuat dan menjamin klien-klien percaya kepada mereka.

Apakah ini?

Ada 2 jawaban atas pertanyaan ini.Kaum progfesional dianggap agen yang dapat di percaya bagi klien mereka karena
1.Mereka ahli
2.Mereka merupakan pemberi pelayanan yang-demi bayaran dan taat terhadap kehendak para klien.

Pernyataan pertama didukung oleh banyak professional yang berpendapat bahwa pengetahuan dan kecakapan atau pengalaman memungkinkan mereka menemukan dan kemudian melakukan hal yang secara moral benar. Di pihak lain para klien dan siapapun yang memperjuangkan hak-haknya tidak mempercayai kekuasaan para ahli. Agar hubungan professional klien bermoral,maka kaum professional menurut pandangan mereka harus di berdayakan oleh klien agar bertindak demi mereka.
Pemberdayaan ini terjadi bila kedua belah pihak menyepakati syarat dan isi perjanjian pelayanan-dengan-bayaran, yang menetapkan apa yang harus dilakukan oleh kaum professional bagi klien secara rinci.

Seorang profesi Arsitek Lansekap dapat mempergunakan pengetahuannya tentang ekosistem dan bagaimana ekosistem tersebut dalam hidup dalam sebuah ruang berdampingan dengan manusia dan lingkungan untuk meracuni atau mengobati.Atau seorang Arsitek Lansekap menggunakan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menguasai , mengeksploitasi dan meng eksplorasi alam untuk kepentingannya sendiri atau untuk kepentingan Umum.
maka perlu dibutuhkan motivasi kaum profesional menjadi ciri yang menentukan profesionalitasnya.

Ciri profesi. Pekerjaan yang pada awalnya memerlukan pelatihan sifatnya harus intelektual yang menyangkut pengetahuan dan sampai tahap tertentu kesarjanaan, yang berbeda dari sekedar keahlian, sebagaimana terbedakan dari kecakapan semata; pekerjaan itu dikerjakan sebagian besar untuk orang lain, dan bukan hanya demi diri sendiri saja, dan imbalan uang tidak di terima sebagai ukuran keberhasilan.
(Hakim LOUIS BRANDEIS)

Pernyataan Brandeis ini menekankan hubungan yang erat antara profesionalilme dan kesanggupan untuk melayani orang lain. Penekanan brandeis ini tepat karena kesanggupan seperti ini merupakan hal yang sentral bagi kepercayaan.

Jika kita untuk sementara mengartikan kepercayaan sebagai harapan oleh pihak A yang percaya bahwa A akan menjadi penerima kehendak baik pihak B yang dipercaya, maka tindakan B mestinya tidak menimbulkan keraguan mengenai niat baiknya terhadap A.

Jika konsep kepercayaan ini dikembalikan pada hubungan Professional-Klien, seorang professional harus menghindari terciptanya situasi yang memunculkan pertanyaan mengenai apakah mereka pertama-tama melayani klien atau kepentingan ekonomis anggotanya.

Membuktikan niat baik terhadap klien menjadi lebih sulit bila suatu profesi, yang secara intrisik mengejar tujuan, tidak menunjang peningkatan kesejahteraan klien.Bila konflik kepentingan itu ada,maka mempercayai seorang professional bahkan yang tingkat pendidikan sekalipun dengan sendirinya menjadi problematik.

Dengan demikian tampaknya ada hubungan yang erat sekali antara motivasi professional dan kepercayaan klien.

Namun apa tepatnya ciri hubungan ini?

Lagi-lagi rumusan brandeis pantas diperhatikan, kali ini atas kegagalannya dalam menjelaskan dengan tepat mengapa klien harus mempercayai kaum profesional dan memperhatikan nasihat mereka. Orang boleh saja berpendapat, seperti halnya brandeis, bahwa kaum profesional harus menyatakan kesetiaan pada kebaikan agar pantas mendapat kepercayaan.
Namun ungkapan altruisme semata tidak sah secara moral. Banyak orang menyatakan keinginan untuk membantu saya tetapi saya pasti tidak mempercayai mereka tertarik untuk ’ menolong’ saya.

Peringatan ibu yang kerap diulang-ulang agar berhati-hati terhadap orang asing tidak serta merta berhenti menjadi nasihat yang baik pada saat orang membutuhkan bantuan profesional.Dengan demikian kesanggupan altruisme tidak menciptakan atau membenarkan kepercayaan klien;

barangkali gabungan antara keahlian dengan ‘altruisme’ akan menciptakan atau membenarkan kepercayaan klien.

(sumber: Landasan Etika Profesi .1991)




Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 18.41 | Permalink | 0 comments
Serahkan pada ahlinya
K
eberhasilan sebuah penataan taman pada sebuah ruang lansekap membutuhkan kemampuan untuk memahami tentang type apakah dari ruang tersebut untuk di rancang, mengerti tentang proses kehidupan natural/alami , memiliki kepekaan seni ( sense of art), menguasai hortikultur dan teknik konstruksi.

Tugas profesional seorang penata taman dalam ruang skala perancangan (design) adalah mempromosikan sebuah ruang sehingga dapat berfungsi secara ekologis dan estetika serta sebuah ruang dapat mengarahkan perasaan dan emosi dari penggunaan memenuhi kebutuhan ruang penghuninya baik pada sebuah ruang berupakan ruang privat (Taman rumah,Taman real estate) maupun ruang publik (Taman Kota,Taman Rekreasi )

Ruang pada sebuah lansekap rumah atau pada bangunan peruntukan lain adalah sesuatu yang dapat dirasakan dan dapat memberi makna simbolis, sehingga setiap ruang dapat dikatakan dapat berkomunikasi dengan perasaan emosi manusia yang melewati ruang tersebut dan secara tidak langsung akan memberikan stimulasi secara psikologis , oleh karena itu pemilihan sebuah material sangatlah penting dari segi tekstur, warna dan skala.
Merupakan peran seorang ahli dalam tata ruang luar untuk dapat menciptakan ruang-ruang yang mengarahkan emosi yang tercipta tersebut.
seorang penata taman haruslah dapat merencanakan dan mempromosikan ruang tersebut bagi kepentingan dan kebutuhan agar sesuai dengan pola kehidupan rutin penghuninya maupun pola kehidupan mahluk hidup lainnya yang berada dalam ruang tersebut.



Contoh,Sebuah tanah yang dibatasi oleh batas dinding merupakan sebuah ruang privat yang di miliki oleh penghuni tapi secara regional ,ruang atas tanah tersebut tidak berdiri sendiri akan tetapi terkait dan berhubungan secara langsung dengan ruang-ruang yang ada disekitarnya seperti ruang jalan,ruang pejalan kaki, ruang taman publik atau sebagainya.dikarenakan kehidupan mahluk yang merupakan bagian ekosistem tidak terikat oleh batas hak kepemilikan tanah tapi terikat secara ekologi lingkungan sebagai tempat hidupnya,seperti burung,kelelawar dan organisme lainnya.
Sehingga untuk mencapai sebuah hubungan yang harmonis antara ruang privat dengan ruang di sekitarnya maka perlu dilakukan sebuah perencanaan tataletak dan tata ruang dalam rumah yang dapat berinteraksi secara nyaman dan harmonis dengan ruang luar di sekitarnya.

Untuk selanjutnya pada skala Mikro,Ruang pada bagian interior sebuah rumah biasanya berbentuk patio ataupun Ruang pada bagian depan dan belakang rumah mestilah mempunyai hubungan secara langsung dengan karateristik type rumah dan kebutuhan penghuninya.

Disinilah tugas seorang penata taman dapat mempromosikan ruang lansekap itu secara fungsi dan estetika kepada penghuni.yang kadang tidak mutlak diisi dengan komposisi jenis tanaman dalam bentuk taman, karena bisa juga hanya dipromosikan secara estetika dan fungsi dengan menempatkan sebuah kolam air terjun yang berfungsi sebagai pendingin alami ruang dan dapat dikombinasikan dengan hobby pemilik rumah jika ternyata hobby akan ikan hias, dan ada juga sebuah ruang disisi depan atau belakang rumah di promosikan dengan nuansa galeri peletakan hasil karya seni patung atau seni pahat lainnya dengan taman hanya berlantaikan karpet hijau rumput di kombinasikan dengan sebuah gazebo sebagai tempat penikmat karya seni tersebut.

Dan pembuatan taman perlu di tangani dengan keahlian teknik karena taman tidak hanya berfungsi dari aspek estetika saja, lebih jauh lagi taman merupakan perwujudan dari kepribadian penghuninya serta dapat menjadi kesatuan dengan bentuk rupa arsitektur bangunan.

Beberapa orang berpikir bahwa mereka dapat melakukan penatan taman pada sebuah ruang lansekap sesuai dengan impian dengan kemampuan dirinya sendiri dan pada akhirnya mereka akan mengerti bahwa itu adalah sebuah kesalahan besar, seorang profesional penata taman adalah seseorang yang berpengetahuan dan terdidik, melalui pelatihan dan pengalaman dan mempunyai kelengkapan serta pedoman kerja mulai saat melakukan disain hingga proses pelaksanaannya.

Mereka dapat membantu klien untuk mendefinisikan apa yang klien inginkan terhadap sebuah ruang lansekap dan membantu dalam pelaksanaannya hingga terwujud. Dapat dikatakan seorang profesional merupakan ’problem solver’ itu yang menyebabkan seorang arsitek lansekap dilatih untuk melakukannya, dapat menemukan jalan kreatif sebagai pemecah masalah, dengan kemampuan ilmu perancangan dan konstruksi, arsitek lansekap dapat memperlihatkan beberapa alternatif disain yang mungkin tidak pernah terpikir oleh klien sebelumnya

Seorang profesional Arsitek lansekap dapat menterjemahkan impian, tujuan dan sasaran yang diinginkan dan di butuhkan oleh klien, dengan kemampuan individualnya dapat mengeksplorasi segala kemungkinan-kemungkinan disain dan mempelajari dan menganalisa dampak terhadap tapak ataupun lingkungan.Dengan bantuan profesional seorang arsitek lansekap, seorang klien bisa dapat menghemat pengeluaran dana dari hal-hal yang tidak diperlukan ,dapat dikatakan seorang arsitek lansekap bagaikan seorang konsultan keuangan dalam skala pembangunan konstruksi sebuah taman

Sebagai contoh sebuah perwujudan taman sebuah rumah dapat di bongkar dan ditata ulang selama masih dalam bentuk gambar 3D diatas kertas daripada harus membongkar pekerjaan taman yang terlanjur telah dilaksanakan , dan memikirkan serta merencanakan pengggunanan energi pada sebuah bangunan rumah dapat dilakukan dengan memaksimalkan panas dari matahari dan membiarkan sinar matahari menjadi optimal dan perancangan taman yang baik dapat mereduksi panas suhu, sebagai pendingin sehingga tagihan listrik bulan bisa terkendali dan berhemat.

Mereka dapat bekerja untuk menekan besarnya pengeluaran dengan memberikan alternative-alternatif material yang sesuai dengan fungsi dengan memprioritaskan unsur estetika tanpa melupakan pertimbangan-pertimbangan biaya perawatan sebuah karya taman. Sebuah disain taman yang baik akan meningkatkan nilai pada sebuah rumah tidak hanya nilai ekonomis jauh dari itu adalah nilai spiritual dan emosi penghuninya.

Pada akhirnya seorang arsitek lansekap dapat membuat klien tidur nyenyak tanpa dihinggapi dengan stress pada saat membangun sebuah taman,

Sudahlah….serahkan saja keahlinya….!!



Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 18.38 | Permalink | 0 comments