Sabtu, Agustus 13, 2011
ORGANISASI CERDAS
K
ualitas Arsitek adalah imajinasinya dan menggambar adalah cara utama untuk menuangkan kualitas tersebut.

Didalam era pembangunan yang sedang berjalan pararel dengan atmosfir globalisasi kekuatan kompetitif menjadi suatu andalan untuk dapat hidup dan bersaing dalam dunia arsitektur lansekap. Inovasi teknologi dalam kegiatan berpraktisi sudah tentu mutlak dimiliki oleh setiap insan profesi arsitek lansekap maupun organisasi profesi yang menjadi wadah pembentukan profesiolisme para anggotanya.

Organisasi profesi arsitek lansekap saat ini seharusnya juga telah berubah dalam artian tidak lagi berpijak pada misi tradisional hanya dalam upaya perlindungan bagi anggota-anggotanya yang lemah profesi , Organisasi harus dapat membekali para anggotanya dengan infrastruktur persaingan yang kompetitif untuk dapat menciptakan tenaga-tenaga profesional arsitek lansekap yang cakap dan cerdas dalam berkarya demi meng antisipasi perubahan ruang lingkup kerja dan tatanan kekaryaan arsitektur lansekap.

Kenyataan didepan mata, bahwa hadirnya profesional arsitek lansekap asing ( tenaga ahli arsitek lansekap dari luar negeri) telah beberapa tahun lewat telah mulai mendominasi setiap lapangan kerja yang dulunya hanya di kerjakan oleh para profesional dalam negeri.
Dan hal tersebut tidak mungkin akan ditolak oleh organisasi profesi manapun, di karena negara telah mengikat dirinya dalam berbagai bentuk perjanjian seperti WTO,APEC dan AFTA.Jika fakta ini tidak disiasati sejak dini maka bukan tidak mungkin para praktisi arsitek lansekap hanya akan menjadi tenaga kerja ahli pada level layer kedua atau mungkin layer ketiga.Untuk itu mau tidak mau, suka tidak suka kemampuan bersaing dalam keahlian dan ketrampilan bidang arsitektur lansekap pun perlu mendapatkan polesan-polesan inovasi dalam kekaryaan sehingga menjadi kekuatan dalam berprofesi.


Malanglah nasib bagi para anggota yang selama ini hanya menuntut belas kasihan dari organisasi profesi dan selalu bersembunyi dibalik kekuatan organisasi dalam menjamin eksistensinya , di karenakan beban organisasi akan bertambah berat karena tidak hanya bekerja untuk menciptakan lapangan kerja akan tetapi juga dituntut harus menyediakan lapangan kerja bagi para anggotanya ,Ketidak berdayaan dan kemalasan untuk meng-koordinasikan impian dan harapan menjadi realitas dan kemudian membebankan ketidak-berdayaan tersebut kepada pemimpin organisasi , sehingga bukan tidak mungkin organisasi yang tetap pada situasi ’status quo’ seperti itu akan terlindas oleh jaman.

Bukan sesuatu yang baru jika selama ini selalu ada pertanyaan manfaat apa yang didapat jika bergabung pada sebuah organisasi profesi, hal itu disebabkan karena organisasi tidak dapat membebaskan pola pikir para anggotanya atau malah ter’sandera’ dari pandangan atau keyakinan yang menyesatkan dari idola-idola yang oleh Francis Bacon sebagai peletak dasar empiris menyebutkan terdapat empat idola yang yang menyesatkan dalam kehidupan berorganisasi, yaitu;

“The idols of cave”, yakni sikap mengungkung diri sendiri seperti katak dalam tempurung, sehingga enggan membuka diri terhadap pendapat dan pikiran orang lain.

"The idols of market place”, yaitu sikap mendewa-dewakan slogan dan cenderung suka “ngecap” (lip service).

“The idols of theatre”, yaitu sikap membebek, kurang fleksibel, berdisiplin mati dan “ABIS- Asal Bapak Ibu Senang”.

“The idols of tribe”, yaitu cara berpikir yang sempit sehingga hanya membenarkan pikirannya sendiri [solipsistic] dan hanya membenarkan kelompoknya/ organisasinya sendiri.(sumber; www.sirbacon.org)

Organisasi profesi yang cerdas tidak ingin mendidik anggotanya bersembunyi di balik kekuatan organisasi. Organisasi profesi khususnya arsitek lansekap harus dapat membekali para anggotanya dengan kemampuan dan kekuatan untuk bersaing secara individual dan terhindar dari apa yang di namakan kekaryaan berdasarkan proteksi. Rekonstruksi struktur organisasi profesi harus dapat menangkap dinamika perubahan dan secara cerdas dapat mengimplementasikan hasil-hasil riset dan penelitian sebagai sebuah inovasi dalam kekaryaan serta dapat menimbulkan kesadaran akan profesionalis sejati yang terdiri dari tiga domain:

1.Intelektualitas dalam arti luas.
2.Keahlian yang bertanggungjawab.
3.Kebijakan ke-karyaan Profesi .

Perubahan yang sangat cepat dalam dunia arsitektur lansekap khususnya di Indonesia perlu di antisipasi dengan kiat-kiat jitu di lapangan oleh organisasi profesi maupun oleh para praktisi arsitek lansekap yang berkarya secara individual diluar organisasi.

Kualitas Arsitek adalah imajinasinya dan menggambar adalah cara utama untuk menuangkan kualitas tersebut.Imajinasi yang otentik yang dapat menghadirkan solusi design yang berguna, hanya dapat dicapai dengan proses internalisasi terhadap eksisting.
Design bukan hanya sebagai grafis bukan sebagai tujuan dalam dirinya, melainkan sebagai cara untuk bertanggung jawab, untuk menjalankan perannya,dan tidak lagi bertanya apa yang akan di hasilkan oleh design , melainkan bagaimana design tersebut akan berfungsi dalam sebuah komunitas fungsi-fungsi yang berkaitan, design bukan hanya sekedar konsep-gambar instruksi melainkan juga sebagai invention, jalan keluar, penemuan baru, kreasi yang bertanggung jawab ,design bergerak sesuai isu-isu zaman, ia bukanlah kontemplasi ontologis tentang hahkekat yang kaku, melainkan dialog, diskusi, percakapan terus menerus antara arsitek dan komunitasnya.
Design tidak dapat tinggal sebagai formulasi ontologis yang serba abstrak, ia harus menjadi formulasi etis yang mencerminkan tanggung-jawab arsitek terhadap lingkungan tempatnya berkomunitas.

(sumber ;Abang winarwan,Justin coupertino umbu,Yenny gunawan, uph press 2010)

Kecermatan dalam menyingkapi perubahan tersebut akan membawa kita kepada tiga jenis golongan kriteria arsitek lansekap dunia yaitu;

- Arsitek Lansekap yang membuat Perubahan terjadi ( Make things happen)
- Arsitek Lansekap yang hanya sebagai penonton terjadinya perubahan
( Watch Things Happen)
- Arsitek Lansekap yang terkejut dengan perubahan yang terjadi (Wonder what happen)


Dan termasuk golongan manakah kita, itu tergantung dari kemampuan dan kecekatan kita ber-inovasi dalam kekaryaan arsitektur lansekap.


Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 17.49 | Permalink | 0 comments
Jumat, Agustus 05, 2011
Aku Bukan Pilihan..


A
ku lelaki tak mungkin menerimamu
bila ternyata kau mendua, membuat ku terluka,
tinggalkan saja diriku,
yang tak mungkin menunggu
Jangan pernah memilih
Aku bukan pilihan…….

Demikianlah syair lagu dari Iwan fals yang tiba-tiba terdengar dari speaker penjual CD bajakan di Blok M,tertegun sejenak dan kemudian berhenti sejenak ikut mendengarkan musik lagu yang sedang berkumandang via speaker buatan china, tanpa peduli alunan lagu yang bercampur dengan suara knalpot bajaj yang menyalip mobil mercy serie terbaru yang penting gratis.

Syair yang mengingatkan akan impian dan harapan untuk menaikan bendera arsitektur lansekap dapat berkibar gagah di segala aspek pembangunan bangsa.
Berhari-hari, lembar demi lembar disain perencanaan lansekap telah lahir dari dan menjadi karya arsitektur lansekap di berbagai tempat hampir di seluruh pelosok Indonesia, seakan akan belum dapat menaikan bendera tertiup angin kedigjayaan untuk menjadi salah satu disiplin ilmu yang turut berperan penting dalam pembangunan bentang alam.

Terkadang terbit keinginan untuk mendua dalam menjalankan kekaryaan arsitektur lansekap dengan berpikir secara pragmatis dari ruang idealism yang selama ini di pilih, tapi kata- demi kata dalam lagu iwan fals menyindir keinginan tersebut,Arsitektur lansekap akan terluka jika di duakan dalam menjalani kehidupan berprofesi dan seakan berkata Dia bukanlah pilihan, tapi Dia yang memilihku untuk dapat menjadikan arsitektur lansekap tidak hanya sekedar profesi tapi juga merupakan the way to life bagi kehidupan yang lebih selasar dan harmoni.

Kehidupan praktisi yang dijalani dalam tahun-tahun dari Orde Baru hingga rezim keterbukaan hanya mengalami perubahan dalam bentuk wujud tapi tidak dalam esensi keilmuan, disadari atau tidak kehidupan berpraktisis hanya berganti ‘makeup’ muka yangmudah luntur oleh keindahan aroma kapitalisme . Berbagai teknik propanganda populis untuk dapat membuat ruang arsitektur lansekap menjadi lebih luas dalam aspek kekaryaan seakan sirna bagaikan buih ombak dilautan kepulauan teluk Jakarta yang tercemar.

Kesuksesan tidak hanya diraih dengan terciptanya ruang-ruang bentang alam yang sesuai dengan dasar keilmuan, keprofesian tersandera oleh kekuatan kemunafikan untuk berpikir menjadikan keprofesian sebagai ban serep dalam menjalani kehidupan.

Arsitektur lansekap berkata jika kau egois dengan berpikir bahwa kaulah yang memilih arsitektur lansekap sebagai jalan berprofesi maka hanya ada 2 pilihan dalam kehidupan berprofesimu yaitu Terlibat atau Tergilas, dan keduanya bukanlah pilihan yang baik, karena terlibat atau tergilas mempunyai konsekuensi yang tidak mengenakan ,akan tetapi jika tetap tekun mencari cinta dalam ruang arsitektur lansekap maka ruang dan waktu akan terlipat tanpa tersadari karena aku yang memilihmu dan ruang kehidupan berpraktisi akan lebih bermakna dan penuh arti.

Tersentak alunan suara iwan fals yang menyanyikan lagu aku bukan pilihan berulang-ulang hanya menyuarakan kata aku bukan pilihan…aku bukan pilihan….aku bukan pilihan…….

Ku buang sisa rokok jie samsoe kretek ketepi jalan disamping tong sampah di sudut took dan melangkah meninggalkan alunan lagu yang ternyata rusak sambil tersenyum dan berkata dalam hati.

Biarlah semuanya terjadi dan arsitektur lansekap tetap merupakan kawan setia sebagai pilihan hidup….. hahahaha…..

Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 17.09 | Permalink | 2 comments
Dilarang Melarang
J
angan disini….!!!

Itu tidak boleh dilakukan…..!!!!

Konsep itu salah ,jangan di kerjakan……!!!


Pikiran kreatif yang sedang terbang dalam ruang imajinasi perancangan ruang resort tiba-tiba menukik tajam jatuh didepan monitor computer tepat disamping secangkir kopi dan asbak yang penuh dengan punting-puntung rokok jiesamsoe kretek.

Suasana resort yang tadinya begitu indah dikelilingi dengan dedaunan pohon dengan tajuknya yang menopang warna-warna bunga yang indah serta vista dari bentang alam antara arsitektur bangunan dengan panorama alam yang begitu memukau, buyar dalam sesaat.dan timbul kegelisahaan sesaat bagaikan anak yang dilarang untuk bermain.pengen marah dan pengen ngambek…!!!, tetapi yang melarang bukan orang sembarangan dia adalah orang itu yang membayar gaji setiap bulan, dengan terpaksa kemangkelan ditelan pahit dan segala kegusaran cukup disimpan hati.

Kesal…gondok…..sambil memaki dalam hati tanpa berbuat apa-apa.gambar resort didepan mata yang merah karena semalaman bergadang terasa bagaikan gambar tak berguna, perancangan lansekap resort yang tadinya begitu indah dan menjadi obat penahan kantuk paling ampuh di dunia tiba-tiba seakan menjadi gambar-gambar yang begitu asing untuk di nikmati.

Kata pelarangan dalam proses kreatif akan menjadi duri dalam menghasilkan sebuah karya yang brilian,setiap praktisi tentu pernah mendengar kata-kata pelarangan baik dari atasan atau kepala divisi disain atau kadang kata tersebut lahir dari diri sendiri, sehingga berakibat fatal dalam pemciptaan sebuah ruang lansekap yang ideal.
Jangan pernah melarang di tengah proses perancangan sedang terjadi, biarkan proses perancangan itu selesai untuk dirancang dan berikan waktu bagi si perancang untuk dapat menjabarkan dan mempresentasikan hasil penjelajahan di dunia kreatif perancangan.




Dunia kreatif tidak butuh larangan, ruang kreatif adalah dunia yang hanyqa dikenal oleh orang-orang kreatif dan dunia itu akan terasa asing bagi orang-orang yang mempunyai dunia target profit, yang sudah terpenjara oleh target kebutuhan cashflow perusahaan.bagaimana bisa kreatif jika terus di batasi, bagaimana kreatif jika selalu di sadarkan oleh aspek kepentingan kejar target.Bisa korslet itu otak….!!!
Bila hal tersebut dilakukan secara rutin bagi para disainer lansekap maka terjadilah evolusi orientasi,proses kreatif akan menjadi proses plagiator…dank arena rumus ABS menjadi kiat jitu mendapat bonus tahunan,konsep-konsep perancangan akan menjadi” Lagu lama copy baru”

Lebih baik dengerin lagu Rock n Roll , suara distorsi gitar yang dimainkan pay dari BIP terasa lebih enak untuk menjadi obat bagi efek kegelisahaan, daripada pake mantra-mantra aspek ekonomi dan profit untuk menciptakan sebuah ruang resort yang nantinya akan dapat menjadi ruang bagi perjalanan emosi para tamu.

Kuncian dalam proses perancangan yang baik, bukanlah segala buku literature studi resort dunia, atau situs-situs resort terkenal.

Kuncian dalam perancangan lansekap sebuah resort adalah dilarang melarang..!!









Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 17.08 | Permalink | 0 comments
Cacat Intelektual


D
ulu pada awalnya di ibukota atau di sudut-sudut taman kota pada tahun 70-8-an ,kita dapat melihat patung patung binatang yang dililiti oleh tanaman pangkas, yaitu salah satu teknik artistik dalam menggunakan tanaman sebagai bahan material pembentuk bentuk-bentuk binatang dengan dasar menggunakan kawat baja sebagai pembentuk awal.

Disain taman kota di penuhi dengan berbagai macam jenis binatang divisualisasikan lewat patung-patung hijau tersebut dan kayanya kurang sempurna jika sebuah taman tanpa kehadiran patung-patung binatang dari tanaman pangkas tersebut dan disekelilinginya biasa di tambahkan tanaman pangkas yang berbentuk seperti bola sebagai variasi dan komposisi disain ,dan malah jika kurang maka nama taman kota tersebut di bentuk dengan tanaman pangkas.

Coba lihat album foto keluargamu ,maka tidak usah kaget jika mereka atau mungkin kamu pada masih kecil mempunyai potret dengan latar belakang patung-patung binatang hijau tersebut.

Jika di pikir ulang ,maka sungguh hebat tenaga-tenaga bagian pemeliharaan taman kota pada era dahulu, karena pertumbuhan tanaman pangkas tersebut akan mengganggu bentuk dari binatang jika tidak sering dilakukan pemangkasan,maka zaman dahulu jika kita berkeliling kota dan melihat patung-patung binatang yang mulai tidak berbentuk dan mulai terlihat tidak proposional, maka tak lama lagi jika para pekerja pemeliharaan mulai bekerja, kita akan menjadi senang ,karena tak lama lagi kita akan kembali menikmati bentuk semula patung-patung taman tersebut.



Hari ini, patung tersebu sudah tidak ada lagi, dan merupakan barang langka, ditaman-taman kota sudah jarang di temukan patung-patung hijau tersebut. Mungkin karena dianggap sudah kuno, sudah tidak trend lagi atau mungkin PAD kota sudah lebih banyak sehingga patung-patung tersebut tergantikan dengan bahan atau material yang lebih modern.

Dan trend sekarang adalah eranya green wall atau taman vertical, hampir di setiap sudut kota atau malah di pusat-pusat pertokoaan kita akan dapat menemukan bentuk-bentuk taman tersebut.

Dengan berbagai teknik penempatan, tanaman mulai menapaki ruang vertical setiap fasad bangunan, dan seakan-akan membawa suatu imaji, jika memakai teknik tanaman taman vertical maka penghuni atau pengguna bangunan tersebut beraliansi ber-kehidupan ‘green’ dan kerap terjadi teknik ini menjadi daya jual yang ampuh bagi pemasaran produk apa saja.

Dan diluar sana, para designer fashion mulai menggunakan tanaman sebagai material pembungkus tubuh dan issue yang di usung adalah kehidupan yang lebih ‘green’ dan lebih baik.dan sungguh ironis di Indonesia yang hampir 2/3 luasan Negara di dominasi dengan kelautan, mulai ikut-ikutan bicara ‘green’ atau malah lebih ‘green’ dari Negara asing atau Negara daratan, meskipun berbicara ‘green’ tanpa mengerti makna dan arti dalan tujuan kampanye ‘green’, yang penting latah….!katanya

Negara Indonesia yang di dominasi lautan agak kurang akrab dengan istilah ‘ blue’ akibatnya ‘blue’ hanya dianggap sebagai tempat buangan sampah, sebagai penyebab banjir.dan malah beberapa tokoh lingkungan lebih akrab serta piawai bicara dalam ruang lingkup ‘green’ daripada ruang lingkup ‘blue’,seakan-akan lingkungan hanya terbatas pada area daratan saja.

Lautan yang menyimpan sejuta potensi dari mulai era sriwijaya dan majapahit telah terlupakan dan seakan tidak menarik bagi kehidupan masyarakat untuk di bahas apalagi di pikirkan kelangsungan kehidupan, padahal pada era global warming yang menjadi permasalahan dunia, lautan merupakan lokasi pertama yang terkena dan dapat menjadi sumber bencana, mulai dari badai yang merusakan perubahan musim, kenaikan permukaan laut yang akan menenggelamkan kota-kota di pesisir, kondisi pasut yang membuat jembatan berharga miliaran rupiah di utara jakarta amblas tenggelam, kerusakan ekosistem pesisir akibat ulah manusia didaratan akan menjadi titik awal bencana ekologi.

Ada beberapa tokoh yang sangat memperhatikan potensi luasan lautan yang menjadikan sebagai medium bagi mereka untuk berkarya dan mengembalikan Negara kembali ke Negara maritime.beberapa tokoh bupati sudah Berjaya mengaktualisasikan lautan sebagai issue strategis bagi PAD pemda, kita sudah tahu tentang kawasan bunaken, kawasan derawan ,kawasan belitong timur dan kini tampil baru dengan penampilan yang sangat luar biasa yaitu kawasan wakatobi, kawasan raja ampat.dan akan dilanjutkan dengan kawasan-kawasan lainya di tanah air di ujung kepulauan riau.

Bidang keilmuan arsitektur lansekap merupakan ilmu yang sangat terkait dengan penataan bentang alam, mulai dari perencanaan tata ruang hingga pengelolaan kawasan konservasi kelautan serta perencanaan lansekap peruntukan resort pantai, sudah saatnya tidak latah hanya berkutat di perkotaan akan tetapi ambil bagian untuk berperan dalam pengembangan kawasan pesisir kelautan dan pulau-pulau kecil.
Cacat intelektual merupakan hal terburuk bagi kehidupan berprofesi,intelektual perlu diasah tidak hanya pada trend semata atau tersandera pada paradigm yang salah yang selama ini menjadi prinsip dalam berprofesi yaitu bahwa arsitektur lansekap adalah arsitektur ruang hijau saja.

Peluang yang besar dalam mengaktualisasikan keilmuan serta kekaryaan terpampang di depan mata,republic ini akan mencanangkan ‘negara maritim’ dan slogan ‘dilaut kita jaya’ tidak akan menjadi milik TNI-Angkatan Laut saja akan tetapi akan menjadi milik bangsa Indonesia.

Sudah saatnya mewarnai bendera arsitektur lansekap tidak hanya dengan ‘green’ tapi memberi nuansa ‘blue’ juga lebih apik.

Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 17.07 | Permalink | 1 comments