Jumat, Agustus 05, 2011
Aku Bukan Pilihan..


A
ku lelaki tak mungkin menerimamu
bila ternyata kau mendua, membuat ku terluka,
tinggalkan saja diriku,
yang tak mungkin menunggu
Jangan pernah memilih
Aku bukan pilihan…….

Demikianlah syair lagu dari Iwan fals yang tiba-tiba terdengar dari speaker penjual CD bajakan di Blok M,tertegun sejenak dan kemudian berhenti sejenak ikut mendengarkan musik lagu yang sedang berkumandang via speaker buatan china, tanpa peduli alunan lagu yang bercampur dengan suara knalpot bajaj yang menyalip mobil mercy serie terbaru yang penting gratis.

Syair yang mengingatkan akan impian dan harapan untuk menaikan bendera arsitektur lansekap dapat berkibar gagah di segala aspek pembangunan bangsa.
Berhari-hari, lembar demi lembar disain perencanaan lansekap telah lahir dari dan menjadi karya arsitektur lansekap di berbagai tempat hampir di seluruh pelosok Indonesia, seakan akan belum dapat menaikan bendera tertiup angin kedigjayaan untuk menjadi salah satu disiplin ilmu yang turut berperan penting dalam pembangunan bentang alam.

Terkadang terbit keinginan untuk mendua dalam menjalankan kekaryaan arsitektur lansekap dengan berpikir secara pragmatis dari ruang idealism yang selama ini di pilih, tapi kata- demi kata dalam lagu iwan fals menyindir keinginan tersebut,Arsitektur lansekap akan terluka jika di duakan dalam menjalani kehidupan berprofesi dan seakan berkata Dia bukanlah pilihan, tapi Dia yang memilihku untuk dapat menjadikan arsitektur lansekap tidak hanya sekedar profesi tapi juga merupakan the way to life bagi kehidupan yang lebih selasar dan harmoni.

Kehidupan praktisi yang dijalani dalam tahun-tahun dari Orde Baru hingga rezim keterbukaan hanya mengalami perubahan dalam bentuk wujud tapi tidak dalam esensi keilmuan, disadari atau tidak kehidupan berpraktisis hanya berganti ‘makeup’ muka yangmudah luntur oleh keindahan aroma kapitalisme . Berbagai teknik propanganda populis untuk dapat membuat ruang arsitektur lansekap menjadi lebih luas dalam aspek kekaryaan seakan sirna bagaikan buih ombak dilautan kepulauan teluk Jakarta yang tercemar.

Kesuksesan tidak hanya diraih dengan terciptanya ruang-ruang bentang alam yang sesuai dengan dasar keilmuan, keprofesian tersandera oleh kekuatan kemunafikan untuk berpikir menjadikan keprofesian sebagai ban serep dalam menjalani kehidupan.

Arsitektur lansekap berkata jika kau egois dengan berpikir bahwa kaulah yang memilih arsitektur lansekap sebagai jalan berprofesi maka hanya ada 2 pilihan dalam kehidupan berprofesimu yaitu Terlibat atau Tergilas, dan keduanya bukanlah pilihan yang baik, karena terlibat atau tergilas mempunyai konsekuensi yang tidak mengenakan ,akan tetapi jika tetap tekun mencari cinta dalam ruang arsitektur lansekap maka ruang dan waktu akan terlipat tanpa tersadari karena aku yang memilihmu dan ruang kehidupan berpraktisi akan lebih bermakna dan penuh arti.

Tersentak alunan suara iwan fals yang menyanyikan lagu aku bukan pilihan berulang-ulang hanya menyuarakan kata aku bukan pilihan…aku bukan pilihan….aku bukan pilihan…….

Ku buang sisa rokok jie samsoe kretek ketepi jalan disamping tong sampah di sudut took dan melangkah meninggalkan alunan lagu yang ternyata rusak sambil tersenyum dan berkata dalam hati.

Biarlah semuanya terjadi dan arsitektur lansekap tetap merupakan kawan setia sebagai pilihan hidup….. hahahaha…..
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 17.09 | Permalink |


2 Comments:


At 09.23, Blogger salwa edi

landscape architecture is way of life...saya suka banget dg kata2 ini,!!

ada sedikit pertanyaan yg berhubungan dengan dunia arsitektur lanskap:
dg semakin trennya "waterfront"di kota-kota indonesia seperti di manado,makasar, jakarta dan lain-lain. apakahhal itu sesuai dengan karakter negara kita ??
dan sumber daya air seperti apa yg bisa didevelop menjadi waterfront ?

terimakasih
edys94@yahoo.com

 

At 19.04, Anonymous John f.papilaya

Salam kenal salwa edi dan trims udah mampir di blog saya.jika pertumbuhan waterfront mulai menjadi trend berarti itu sudah sesuai dengan karakter bangsa kita yang merupakan bangsa maritim,dan jangan lupa banyak kota provinsi dan kabupaten terletak diwilayah pesisir.

Sudah saatnya kita kembali mengoptimalkan wilayah pesisir sebagai tanda kebangkitan indonesia sebagai bangsa maritim.

Sudah tentu jelas dalam membangun wilayah pesisir kita tidak melupakan pengelolaan wilayah pesisir yang terpadu dengan Pendekatan dalam RBS (resources base strategy ) yaitu strategi pengelolaan sumber daya lokal/pesisir dan kelautan yang berorientasi pada: kualitas, proses, kinerja, pengembangan, budaya, lingkungan (management by process) yang berdasarkan pada pembelajaran, kompetensi, keunggulan, berpikir sistematik, dan pengetahuan (knowledge based management).Seperti yang tertuang dalam pedoman ICOM ( intergrated coastal ocean management)

 

Posting Komentar

~ back home