Minggu, Januari 30, 2011
Peringatan dini yang tercampakan.
B
encana demi bencana telah terjadi di Indonesia , sebuah negeri yang terkenal dengan “zamrud khatulistiwa” dan keramahan penduduknya lulu lantak dihantam bencana menjadi wilayah gersang dan kering berselimutkan tangisan pilu kesedihan kehilangan orang-orang yang dicintai , kehilangan lingkungan tempat tinggal yang menyimpan beribu-ribu kenangan. Terabaikan peringatan dini yang seharusnya menjadi alat untuk dapat meminimaliskan tingkat kerusakan maupun jumlah korban tidak dapat bekerja dengan seharusnya.siapa yang harus tersalahkan? Seharusnya bukan hal itu yang menjadi sebuah usaha untuk mencari biang kambing hitam dalam prahara ini.

Dan ternyata kondisi prahara peristiwa tersebut juga terjadi dalam bidang konstruksi jasa di Indonesia , peringatan dini yang seharusnya dapat menjadi tolak ukur peningkatan kualitas kompetensi pelaku jasa konstruksi khususnya Jasa Konstruksi dan perencanaan Arsitektur Lansekap telah lama terabaikan peringatan dini yang harusnya dapat dijadikan sebuah peringatan untuk bangkit bersiap-siap melakukan pencegahan serangan terjangan globalisasi dianggap seakan bagai mitos yang tak perlu untuk di hiraukan. Hari ini fakta telah berbicara bahwa kaum asing telah mendominasi pangsa pasar jasa konstruksi Indonesia disemua lini bidang keahlian padahal jumlah mereka hanya 10 %(sepuluh persen) demikian pernyataan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada saat “launching konstruksi Indonesia 2010" di Jakarta.



Berdasarkan data Kementrian Pekerjaan Umum menyebutkan perbandingan pelaku jasa konstruksi di Indonesia mempunyai komposisi 90 % merupakan pelaku lokal dan sisanya 10% merupakan pelaku asing realita dilapangan menyatakan pelaku jasa konstruksi asing telah berhasil mengusasai 60% potensi pasar jasa konstruksi dan menyisakan 40 % kepada pemain local .sehingga tidak terlalu berlebihan jika dikatakan ‘penjahahan’ telah terjadi kembali melalui sektor konstruksi.

Nah loh…???????

Lembaga Pengembangan Konstruksi Nasional dimana Bidang jasa konstruksi Arsitektur Lansekap termasuk didalamnya telah melakukan inisiatif membuat sebuah dokumen dengan judul :” Konstruksi Indonesia 2030” yang merumuskan peta arah perjalanan transformasi konstruksi Indonesia dimasa depan dengan berisikan cita-cita konstruksi Indonesia untuk mewujudkan : “the finest built environment” ( “kenyamanan lingkungan terbangun”) dengan penciptaan nilai tambah secara berkelanjutan melalui profesionalisme, sinergi dan daya saing .Pada dokumen tersebut konstruksi Indonesia dikonsepsikan sebagai PEOPLE (para pelaku dari seluruh rantai suplai konstruksi) PROCCES (proses penyelenggaraan life cycle built asset) dan PRODUCT ( bangunan infrastruktur ,asset terbangun dan layanannya)

Tapi sampai sejauh mana konsep tersebut tersosialisasi dengan baik hingga lini terdepan para anggota profesi Arsitektur Lansekap ? nyaris tidak terdengar…Peringatan Dini hanya bagaikan sebuah musik jingle iklan yang tak perlu untuk terlalu dirisaukan …

Hingga pada saatnya bencana akan menelan pelaku konstruksi bidang arsitektur lansekap yang tidak siap dan lenyap ditelan bumi.


 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 21.22 | Permalink |


0 Comments:


Posting Komentar

~ back home