Jumat, Agustus 05, 2011
Cacat Intelektual


D
ulu pada awalnya di ibukota atau di sudut-sudut taman kota pada tahun 70-8-an ,kita dapat melihat patung patung binatang yang dililiti oleh tanaman pangkas, yaitu salah satu teknik artistik dalam menggunakan tanaman sebagai bahan material pembentuk bentuk-bentuk binatang dengan dasar menggunakan kawat baja sebagai pembentuk awal.

Disain taman kota di penuhi dengan berbagai macam jenis binatang divisualisasikan lewat patung-patung hijau tersebut dan kayanya kurang sempurna jika sebuah taman tanpa kehadiran patung-patung binatang dari tanaman pangkas tersebut dan disekelilinginya biasa di tambahkan tanaman pangkas yang berbentuk seperti bola sebagai variasi dan komposisi disain ,dan malah jika kurang maka nama taman kota tersebut di bentuk dengan tanaman pangkas.

Coba lihat album foto keluargamu ,maka tidak usah kaget jika mereka atau mungkin kamu pada masih kecil mempunyai potret dengan latar belakang patung-patung binatang hijau tersebut.

Jika di pikir ulang ,maka sungguh hebat tenaga-tenaga bagian pemeliharaan taman kota pada era dahulu, karena pertumbuhan tanaman pangkas tersebut akan mengganggu bentuk dari binatang jika tidak sering dilakukan pemangkasan,maka zaman dahulu jika kita berkeliling kota dan melihat patung-patung binatang yang mulai tidak berbentuk dan mulai terlihat tidak proposional, maka tak lama lagi jika para pekerja pemeliharaan mulai bekerja, kita akan menjadi senang ,karena tak lama lagi kita akan kembali menikmati bentuk semula patung-patung taman tersebut.



Hari ini, patung tersebu sudah tidak ada lagi, dan merupakan barang langka, ditaman-taman kota sudah jarang di temukan patung-patung hijau tersebut. Mungkin karena dianggap sudah kuno, sudah tidak trend lagi atau mungkin PAD kota sudah lebih banyak sehingga patung-patung tersebut tergantikan dengan bahan atau material yang lebih modern.

Dan trend sekarang adalah eranya green wall atau taman vertical, hampir di setiap sudut kota atau malah di pusat-pusat pertokoaan kita akan dapat menemukan bentuk-bentuk taman tersebut.

Dengan berbagai teknik penempatan, tanaman mulai menapaki ruang vertical setiap fasad bangunan, dan seakan-akan membawa suatu imaji, jika memakai teknik tanaman taman vertical maka penghuni atau pengguna bangunan tersebut beraliansi ber-kehidupan ‘green’ dan kerap terjadi teknik ini menjadi daya jual yang ampuh bagi pemasaran produk apa saja.

Dan diluar sana, para designer fashion mulai menggunakan tanaman sebagai material pembungkus tubuh dan issue yang di usung adalah kehidupan yang lebih ‘green’ dan lebih baik.dan sungguh ironis di Indonesia yang hampir 2/3 luasan Negara di dominasi dengan kelautan, mulai ikut-ikutan bicara ‘green’ atau malah lebih ‘green’ dari Negara asing atau Negara daratan, meskipun berbicara ‘green’ tanpa mengerti makna dan arti dalan tujuan kampanye ‘green’, yang penting latah….!katanya

Negara Indonesia yang di dominasi lautan agak kurang akrab dengan istilah ‘ blue’ akibatnya ‘blue’ hanya dianggap sebagai tempat buangan sampah, sebagai penyebab banjir.dan malah beberapa tokoh lingkungan lebih akrab serta piawai bicara dalam ruang lingkup ‘green’ daripada ruang lingkup ‘blue’,seakan-akan lingkungan hanya terbatas pada area daratan saja.

Lautan yang menyimpan sejuta potensi dari mulai era sriwijaya dan majapahit telah terlupakan dan seakan tidak menarik bagi kehidupan masyarakat untuk di bahas apalagi di pikirkan kelangsungan kehidupan, padahal pada era global warming yang menjadi permasalahan dunia, lautan merupakan lokasi pertama yang terkena dan dapat menjadi sumber bencana, mulai dari badai yang merusakan perubahan musim, kenaikan permukaan laut yang akan menenggelamkan kota-kota di pesisir, kondisi pasut yang membuat jembatan berharga miliaran rupiah di utara jakarta amblas tenggelam, kerusakan ekosistem pesisir akibat ulah manusia didaratan akan menjadi titik awal bencana ekologi.

Ada beberapa tokoh yang sangat memperhatikan potensi luasan lautan yang menjadikan sebagai medium bagi mereka untuk berkarya dan mengembalikan Negara kembali ke Negara maritime.beberapa tokoh bupati sudah Berjaya mengaktualisasikan lautan sebagai issue strategis bagi PAD pemda, kita sudah tahu tentang kawasan bunaken, kawasan derawan ,kawasan belitong timur dan kini tampil baru dengan penampilan yang sangat luar biasa yaitu kawasan wakatobi, kawasan raja ampat.dan akan dilanjutkan dengan kawasan-kawasan lainya di tanah air di ujung kepulauan riau.

Bidang keilmuan arsitektur lansekap merupakan ilmu yang sangat terkait dengan penataan bentang alam, mulai dari perencanaan tata ruang hingga pengelolaan kawasan konservasi kelautan serta perencanaan lansekap peruntukan resort pantai, sudah saatnya tidak latah hanya berkutat di perkotaan akan tetapi ambil bagian untuk berperan dalam pengembangan kawasan pesisir kelautan dan pulau-pulau kecil.
Cacat intelektual merupakan hal terburuk bagi kehidupan berprofesi,intelektual perlu diasah tidak hanya pada trend semata atau tersandera pada paradigm yang salah yang selama ini menjadi prinsip dalam berprofesi yaitu bahwa arsitektur lansekap adalah arsitektur ruang hijau saja.

Peluang yang besar dalam mengaktualisasikan keilmuan serta kekaryaan terpampang di depan mata,republic ini akan mencanangkan ‘negara maritim’ dan slogan ‘dilaut kita jaya’ tidak akan menjadi milik TNI-Angkatan Laut saja akan tetapi akan menjadi milik bangsa Indonesia.

Sudah saatnya mewarnai bendera arsitektur lansekap tidak hanya dengan ‘green’ tapi memberi nuansa ‘blue’ juga lebih apik.
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 17.07 | Permalink |


1 Comments:


At 12.03, Anonymous Garden Designer London

Although I had to use a translating software to read this article but It was really amazing piece of information. I really love reading that.....

 

Posting Komentar

~ back home