"Arsitek lansekap yang hebat tidak hanya membentuk ruang tapi dia juga menyentuh jiwa, dan menembus batas waktu."
Apa jadinya jika ruang tak sekadar ruang? Bila waktu bukan hanya detik yang lewat? Dan penciptaan bukan hanya tentang bentuk, melainkan tentang makna yang ditanam untuk generasi mendatang?
Ruang bukan hanya area tiga dimensi—ia adalah
tempat manusia bermakna dan waktu bukan hanya kronologi, tetapi kualitas
pengalaman (kairos) yang terjadi dalam lanskap. coba saja kalian perhatikan
untuk soal penciptaan dari dalam
perspektif lokal Nusantara semua karya artefak warisan leluhur selalu mengandung
unsur spiritualitas, siklus alam, dan keterhubungan dengan leluhur , semua tersimpan
dalam berbagai warisan penciptaan ruang karya-karya para leluhur,
Seperti ruang alun alun di depan kraton kesultanan jogjakarta,
ruang natah di model pemukiman adat rumah dibali, ruang baileo masyarakat
adat di maluku dan banyak lagi , coba luangkan waktu sejenak dan kembali kemasa
silam untuk membaca tanah, air, lingkungan ditanah yang sakral di Nusantara
Ketika ketiga entitas ini—ruang, waktu, dan penciptaan—ber-interaksi
maka terjadi dentuman energi mengakibatkan muncullah gagasan keabadian.
Keabadian bukan berarti abadi secara fisik, tapi abadi dalam kenangan, dalam
jiwa kolektif masyarakat, dalam simbol dan ritus.
Baca saja disekeliling kita terdapat beragam taman-taman leluhur, makam raja, hingga lanskap pura atau masjid tua, semuanya merancang kehadiran yang tetap ada meski ruang dan waktu berubah.
1.Ruang sebagai Jejak Eksistensi
Ruang bukan hanya wadah tiga dimensi—ia adalah tempat manusia meletakkan arti, memori, dan identitas. Ruang adalah panggung dari drama kehidupan; dan arsitek lanskap adalah penata latarnya.
2.Waktu sebagai Irama
Dalam lanskap, waktu tidak hanya bersifat linier. Ia bisa bersifat siklus (seperti musim dan ritus adat), atau bahkan melambat dan memperdalam pengalaman (kairos). Sebuah taman bisa menjadi tempat kontemplasi, bukan hanya berjalan dari titik A ke B.3.Penciptaan sebagai Ritus
Dalam banyak budaya lokal Nusantara, penciptaan lanskap tidak lepas dari nilai spiritual. Taman, pura, dan makam leluhur tidak dibangun semata untuk fungsi, melainkan sebagai bentuk penghormatan, penyambungan rohani, dan keterhubungan kosmologis.4.Keabadian: Bukan Fisik, Tapi Makna
Ketika ruang, waktu, dan penciptaan disulam menjadi satu, lahirlah lanskap yang memiliki rasa “abadi”. Bukan dalam arti kekal secara material, melainkan abadi dalam ingatan kolektif, dalam simbolisme budaya, dan dalam pengalaman transendental pengunjungnya.
Di sinilah letak urgensi bagi arsitek lanskap: bukan hanya
menjadi perancang ruang, tetapi penulis narasi yang hidup, pembangun makna yang
dirasakan lintas generasi.
Implikasinya secara sosial dan budaya sangatlan berdampak besar,
Desain yang meresap ke dalam nilai lokal, menghargai irama waktu setempat
(musim, ritus, transisi hidup), dan memahami konteks penciptaan spiritual, akan
lebih diterima masyarakat dan memiliki jejak budaya lebih panjang.
Apa yang Harus Dimiliki seorang perencana dan
perancang arsitektur Lanskap?
Tiga keahlian utama yang harus dimiliki oleh setiap individu arsitek lanskap:
- Kecakapan Filsafati dan Narasi – mampu berpikir konseptual dan menyusun cerita ruang serta memahami ide-ide ontologi dan eksistensi ruang.
- Sensitivitas Sosial Budaya – memahami simbol, ritus, dan kearifan lokal secara mendalam. Hidup dan bernafas didunia kearifan lokal dan simbol dalam ruang hidup masyarakat.
- Kemampuan Translasi Visual – menerjemahkan narasi ke dalam wujud spasial yang puitis dan kontekstual. Kreatif dalam menciptakan narasi ruang yang hidup secara visual dan emosional.
Desain yang selaras dengan ritme lokal akan lebih
diterima dan dihargai. Ia menjadi bagian dari peradaban, bukan
sekadar produk arsitektur. Dalam konteks ini, arsitek lanskap bukan
hanya desainer teknis, tapi penulis sejarah melalui ruang.
Jadi, mari kita geser cara pandang dari “merancang
ruang” menjadi merancang makna, dari “membangun taman” menjadi membangun
ingatan. Karena pada akhirnya, desain lanskap yang sejati adalah tentang
meninggalkan pesan untuk masa depan—yang tak akan lekang oleh waktu.
Label: edukasi, opini, pendidikan, Profesi
Posting Komentar