"Kata-kata Tak Pernah Mati, Hanya
Menunggu Kita Pulang"
Setelah sekian musim berlalu—tanpa jejak kata,
tanpa jejak makna—aku akhirnya duduk kembali di hadapan layar monitor komputer
ini. Sunyi. Hening. Tapi ada yang bergetar. Sesuatu yang lama terpendam di
antara pori-pori waktu, mendesak keluar seperti mata air yang tak kuasa lagi
ditahan bebatuan. Ini bukan sekadar tentang menulis. Ini tentang kembali.
Tentang kerinduan yang diam-diam tumbuh subur meski tak pernah benar-benar
kusadari.
Dulu, aku menulis di blog ini seperti menanam
taman rahasia, setiap paragraf adalah kelopak, setiap jeda adalah embun yang
menempel di ujung daun pagi. Di sinilah aku pernah jatuh cinta pada kata, pada
cerita, pada kemungkinan. Tapi entah sejak kapan, taman itu kutinggalkan. Aku
sibuk, aku jenuh, aku terlalu banyak alasan. Hingga perlahan, blog ini menjadi
rumah kosong yang hanya dikunjungi oleh bot mesin pencari, bukan oleh hati yang
mencari arti.
Namun hari ini, sesuatu berubah.
Ada semacam desir yang halus namun membakar.
Barangkali karena aku merindukan percakapan yang jujur antara aku dan dunia,
atau mungkin karena aku mulai menyadari bahwa tak semua yang tak terlihat
berarti mati. Blog ini masih hidup. Ia menungguku dengan kesetiaan yang tak
berteriak, tapi terus menyalakan lampu di beranda. Ia tidak marah karena
kutinggalkan. Ia hanya diam, dan itu lebih menusuk daripada kemarahan mana pun.
Aku kembali bukan karena tuntutan, bukan pula
demi algoritma. Aku kembali karena ingin. Karena rindu. Karena aku tahu,
kata-kata yang tak dituliskan akan tumbuh jadi hantu di dalam dada.
Menulis di blog bukan lagi soal trafik atau
jumlah pembaca. Ini soal menyusun kembali jiwaku yang tercecer. Ini tentang
mengarsipkan napas, detak, dan gemetar hidup sehari-hari agar tak hilang begitu
saja. Setiap tulisan akan jadi jejak—bukan untuk dikenang orang lain, tapi
untuk kukenang sendiri di masa depan, saat mungkin aku kembali lupa siapa aku.
Maka izinkan aku menyalakan api lagi di tungku
ini. Mungkin baranya masih kecil, tapi ia hangat. Dan aku percaya, bara kecil
yang ditulis dengan cinta bisa menyalakan semesta dalam diri siapa pun yang
membaca.
Aku kembali, Blog. Maaf karena sempat
melupakanmu. Tapi lihat, aku pulang membawa seluruh rindu yang tak sempat
kutulis dulu. Mari kita mulai lagi. Dengan semangat. Dengan romansa. Dengan
keyakinan bahwa kata-kata masih bisa menyelamatkan kita dari sunyi yang terlalu
dalam.
Karena sejauh apapun aku pergi, menulis akan
selalu jadi rumahku.
Label: artikel, edukasi, Konsultan Lansekap, kontraktor lansekap, opini
Posting Komentar