‘Lebih baik saya memahami satu penyebab daripada menjadi raja persia’
Democritus dari Abdera.
Bumi adalah tempat yang indah dan tenang, semuanya berubah namun dengan proses yang lambat tanpa kita manusia sendiripun menyadari perubahan tersebut .
Kita dapat mengalami satu kehidupan penuh dengan suka dukanya dan kadang tidak pernah secara pribadi menemui petaka alam yang lebih ganas daripada Badai Tsunami, Gempa Tektonik, terkena radiasi Bom Nuklir dan akibatnya kita menjadi puas diri, santai dan tidak perduli dengan situasi yang ada disekeliling.
Namun pada sejarah alam, rekaman nyata menunjukan hal lain, Alam pernah dihancurkan. Bahkan kita manusia dengan kesombongannya telah mengembangkan kemajuan teknis, yang meragukan dengan menimbulkan kehancuran diri kita sendiri tanpa sengaja maupun dengan kecerobohan
Pada permukaan planet bumi disisi lain, rekaman masa lalu tersimpan.ada bukti yang melimpah tentang berbagai bencana perang, bencana kelaparan dan bencana alam.
Masyarakat terus berkembang seiring Kebudayaan, Ilmu dan Teknologi. Dimana di dalamnya orang-orang dewasa kurang memiliki toleransi terhadap agresi teritorial ritual dan hierarki sosial. Desakan kuno tentang semangat nasionalisme dan kebanggaan bangsa yang berlebihan melatar-belakangi kewajiban moral untul berlomba menjadi yang terunggul dengan cara memiliki senjata pemusnah massal. Nuklir dan melakukan agresi terhadap bangsa lainnya dan menjadikan manusia bagaikan sandera bagi senjata nuklir tersebut. Kecerdasan kita dan teknologi super canggih yang dimiliki manusia saat sekarang memberikan kekuasaan untuk mempengaruhi iklim, mencemari atmosfir dan merubah bentuk permukaan bumi, mereka lupa pada kenyataan bahwa konsekuensi jangka panjang atmosir tidak diketahui dan masih merupakan misteri.
Semua faktor tersebut diatas bagaikan sebuah bom aktif yang akan siap meledak dan menghancurkan peradaban dimuka bumi ini
Dalam waktu beberapa dasarwasa ini telah terjadi perubahan global yang cepat bergerak dalam arah yang tepat demi kelangsungan hidup manusia, mungkin karena timbulnya peradaban ini dengan meningkatnya standar hidup manusia, muncul suatu kesadaran baru yang mengerti bahwa kita manusia penghuni bumi ini adalah satu species dan mengerti bahwa teman-teman kita manusia diseluruh dunia pada dasarnya adalah manusia juga.
Meningkatnya kesadaran baru untuk siap mengkoreksi diri sendiri, mengerti bahwa tidak ada bangsa, agama, sistem pengetahuan yang memiliki semua jawaban demi kelangsungan kehidupan kita
Terciptanya kerjasama-kerja sama antar negara dengan memahami tidak ada kebenaran yang suci. Semua asumsi harus diteliti secara kritis, semua pernyataan dari orang-orang yang berkuasa perlu dikaji ulang. Apapun yang tidak sesuai dengan kenyataan harus dihapuskan atau diperbaiki dan timbul pengertian akan bumi dan lingkungan sebagaimana adanya dan tidak mengacaukannya dengan apa yang menurut keinginan satu pihak saja.
Pernyataan bahwa kita, umat manusia hidup dialam semesta yang semua keadaan berubah tetapi tetap mengikuti pola dan aturan atau mengikuti yang kita lakukan sebagai hukum-hukum alam. Memungkinkan kita bisa bekerjasama dengan ilmu pengetahuan untuk menemukan sistem sosial yang akan bekerja jauh lebih baik daripada yang ada sekarang dan dengannya kita bisa memperbaiki kualitas hidup kita
Kita adalah jurubicara bumi, kita berhutang dalam kewajiban untuk bertahan hidup tidak pada diri sendiri tetapi juga pada bumi yang kuno dan besar tempat kita muncul
Sejumlah piagam kerjasama telah di sepakati dan oleh beribu ribu simbol telah dibangun untuk menjadi saksi bagaikan monumen hidup sebagai simbol kesadaran tersebut demi untuk dapat mewujudkan dunia yang penuh damai, cinta dan harmoni.
Sejumlah konferensi menjadi pondasi bagi usaha-usaha menjaga kelestarian alam dan mencoba untuk menemukan jalan yang terbaik untuk kembali memelihara bumi dan atmosfir menjadi lebih berkualitas bagi kelangsungan hidup manusia.
Mengutip pernyataan Sir Isaac Newton:
“ Saya tidak tahu
pandangan dunia tentang saya, tetapi menurut saya, saya adalah seorang anak
kecil yang sedang bermain-main ditepi pantai, saya mengalihkan perhatian saya
dari waktu kewaktu dan kemudian menemukan sebutir batu yang lebih halus atau
sebuah kerang yang lebih indah, sementara lautan kebenaran yang besar berada
didepan saya menunggu untuk ditemukan ”
Dalam ucapan tesebut tersirat semangat kesederhanaan dan optismisme dan secuil pertanyaan timbul:ADAKAH PILIHAN LAIN ?
Sebuah puisi dari seorang pujangga bali yang diciptakan pada era 60-an mungkin dapat menggugah hati kita untuk dapat lebih dalam lagi memahami keterkaitan kita sebagai individu-individu masyarakat arsitektur lansekap, untuk lebih berperan aktif dan terkait dengan usaha-usaha global yang sedang berlangsung yaitu membangun lebih baik lagi kelestarian kualitas lingkungan hidup bumi.
BALI
(Tabuh,
tari dan lagu berpadu)
(Saling
menghidupkan dari hati yang suci)
Suara bajra ida pedanda melarapan weda-weda
(Suara
genta pendeta beriring mantra-mantra)
(Orang-orang
bersimpuh menyanyikan wargasari)
Negejeran
ring oncer canang sari
(Seakan berayun-ayun dipuncak penjor, Menggetarkan canang sari)
Sajroning
manah
(buin
pidahn tiang liang apang liang dini Ditengah-tengah oelg tamulilingan)
Begitu suci dan mempesona sampai dihati
(Bila saatnya aku bersukaria, Biar bersuka ria disini ditengah tari tamulilingan)
Ngiring
mangkin sikiang ragane
( Satukan dirimu kini )
( Tegakkan warisan keluhur )
Mabalik
sumpah ring manah soang-soang
Angen
sanjata dahating sakti
(Bersumpahlah dihati masing-masing ,Untuk senjata yang ampuh)
Pacang warisin oaka putune ungkuran
( Diwariskan anak cucu dikemudian hari )
Sebet
dini ketembangan pupuh semarandana)
( Bila saatnya aku berduka,
Biar
berduka disi diringi lagu smarandana))
(Adakah..)
Becikan
ring hidup pasuka-dukan
Salunglung
sabiantaka
(Yang lebih baik dari hidup bersuka duka
Senasib sepenanggungan)
(Menikmati seruling gembala)
(Dan tembang gadis-gadis mencari kayu api)
Semar pangulingan di jaba pura
(Dan suara samar pegulingan dihalaman pura)
Wenteke?
Adakah....?
(buin pidan tiang mati apang mati dini
Keanterang
kakawin prihantemen)
(Bila saatnya aku mati,
Biar mati disini diantara kekawin prihantemen)
Label: artikel, edukasi, Green
Read more!