Selasa, Juni 10, 2025
Menghidupkan Jiwa Tapak: 5 Pendekatan Unik Merancang Resort Berbasis Sense of Place

 

Bayangkan ketika anda menginap di sebuah resort yang tak hanya indah dipandang mata, tapi juga terasa akrab, menyentuh rasa, dan seperti berbicara diam-diam kepada jiwa Anda. Tempat yang membuat Anda ingin diam sejenak, menutup mata, dan menarik napas dalam karena terasa begitu "pas".Artinya resort seperti ini bukan sekadar dirancang untuk difoto, tapi untuk dirasakan, dikenang, bahkan dirindukan. Itulah kekuatan dari pendekatan desain berbasis sense of place.

Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi 5 (lima) Pendekatan Unik Merancang Resort Berbasis Sense of Place, yang saya pelajari dan kembangkan selama bertahun-tahun dalam merancang resort. Ini bukan rumus atau teori baku, tapi lebih seperti lima lensa perspektif untuk melihat tapak dengan cara yang lebih dalam dan manusiawi. Mari kita mulai satu persatu:

1. "Menanamkan Jiwa Tempat"

Setiap tapak punya cerita. Ada yang pernah menjadi ladang palawija, tempat upacara adat, atau sekadar tanah yang tiap pagi disapu embun dan diterpa angin gunung. Saat kita merancang resort, kita tak sedang menciptakan tempat baru akan tetapi kita sedang menambahkan bab baru dalam cerita yang sudah lama berjalan di tapak tersebut.

Menanamkan jiwa tempat berarti menghormati narasi lanskap. Bisa dimulai dari yang sederhana: mengikuti arah aliran air, mempertahankan pohon tua, atau menyesuaikan bentuk bangunan dengan kontur alami. Tapi lebih dari itu, ini tentang menyelaraskan desain dengan rasa tempat itu sendiri. Kadang, jawabannya tidak datang dari sketsa awal di drawing book A3, tapi dari duduk diam di tapak, mendengarkan suara jangkrik, atau berbincang dengan warga lokal.

Resort yang memiliki jiwa tempat tidak terasa asing. Ia seperti rumah kedua yang belum pernah kita kenal sebelumnya.

2. "Kapital Ruang"

Di dunia properti, kita sering berbicara tentang nilai lahan dan return of investment. Tapi ada satu jenis kapital yang sering luput dari perhitungan: kapital ruang. Ini adalah potensi unik dari sebuah tapak yang bisa dikonversi menjadi nilai pengalaman dan komersial.

Misalnya, sepetak tanah di ujung tebing dengan pandangan langsung ke laut bukan hanya cantik—itu adalah ruang dengan kapital visual tinggi. Atau sebuah lembah kecil yang tenang bisa menjadi lokasi ideal untuk spa atau meditasi. Dengan mata yang peka, kita bisa mengenali kekuatan-kekuatan tersembunyi ini.

Kapital ruang bukan soal luas atau lokasi strategis, tapi bagaimana ruang itu bisa menghadirkan momen tak terlupakan dan disain perencanaan yang tepat akan mengangkat nilai itu, bukan sekadar memoles tampilan.

3. "Bahasa Tanaman dan Materi"

Coba ingat kembali resort paling berkesan yang pernah Anda kunjungi. Apa yang Anda lihat? Wangi bunga flamboyant di pagi hari, bunga kamboja disenja hari? Lantai kayu tua yang berderit lembut saat diinjak? Dinding batu alam yang terasa dingin dan kuat?

Tanaman dan material adalah bahasa yang digunakan lanskap untuk berbicara kepada kita. Memilih vegetasi lokal bukan hanya soal ekologi, tapi juga soal rasa dan memori. Begitu juga dengan material: batu dari sungai terdekat, kayu dari hutan yang lestari, atau bahkan keramik buatan perajin desa.

Dengan bahasa ini, kita menciptakan cerita. Kita menanam makna. Dan tamu yang hadir tidak sekadar melihat keindahan, tapi menyerap rasa tempat itu ke dalam ingatan mereka.

4. "Aktivasi Ruang Emosional"

Resort bukan hanya tempat tidur dan kolam renang. Ia adalah panggung tempat emosi manusia bermain. Dalam satu hari, seorang tamu bisa merasa kagum, lega, damai, bahkan terharu.

Tugas kita sebagai perancang adalah menyiapkan skenario itu. Misalnya, lorong menuju villa yang perlahan menyempit, memberi rasa penasaran dan kejutan. Atau tempat duduk di bawah pohon besar yang seolah memeluk dan melindungi dari hiruk-pikuk dunia.

Aktivasi ruang emosional berarti mengajak manusia merasa, bukan hanya beraktivitas. Kita ciptakan momen untuk bernafas lega, merenung, atau sekadar merasa hadir sepenuhnya di sini dan sekarang.

5. "Harmoni Tak Terlihat"

Ini bagian yang paling sering tak disadari tapi sangat terasa: kenyamanan alami. Resort yang nyaman tidak harus selalu dingin karena AC atau hening karena insulasi buatan. Kadang, kenyamanan sejati datang dari hal-hal yang hampir tak terlihat.

Pohon yang ditanam strategis bisa menghadirkan bayangan alami. Tanaman penghasil fitonsida seperti cemara atau kayu putih bisa meningkatkan kualitas udara dan memperbaiki suasana hati. Jalur angin yang dijaga bebas hambatan bisa membuat area outdoor tetap sejuk tanpa kipas.

Desain yang baik seharusnya bekerja diam-diam. Ia tidak mendominasi, tapi mendukung ritme alami tapak dan tubuh manusia. Itulah harmoni tak terlihat yang membuat tamu betah berlama-lama tanpa tahu persis kenapa.

Penutup: Membangun Tempat, Bukan Sekadar Proyek

Kelima pendekatan ini bukanlah metode instan. Ia membutuhkan waktu, empati, dan keberanian untuk tidak terburu-buru. Tapi hasilnya bukan sekadar resort yang indah di brosur, melainkan tempat yang hidup, punya napas, dan mampu menyentuh batin manusia.

Desain yang berhasil bukan yang membuat orang berkata "wow" saat pertama kali datang, tapi yang membuat mereka tak ingin pulang.

 

“Beranilah merancang dengan rasa, bukan hanya data. Karena tempat yang punya jiwa, tak akan pernah kehilangan makna.”

 

 


Label: , , , , ,

 
posted by smartlandscape at 16.12 | Permalink |


0 Comments:


Posting Komentar

~ back home