Jumat, Desember 12, 2008
Keep your ear to the Ground
M
engacu dari salah satu ciri-ciri khas yang dimiliki seorang professional yaitu memiliki pengetahuan atau kecakapan ‘esoterik’( keahlian hanya diketahui dan dipahami oleh orang-orang tertentu saja) yang tidak dimiliki oleh anggota masyarakat lain ,
mungkin uraian pernyataan teori diatas masih terlalu kabur dan terkesan fatamorgana karena masih bisa uraian tersebut dijadikan landasan bagi profesi lainnya ,tetapi seperti apa kata motto para pratikan arsitek lansekap yang berbisnis STAND-UP FOR OTHER – DON’T GOSSIP -DON’T BITCH,
engacu dari salah satu ciri-ciri khas yang dimiliki seorang professional yaitu memiliki pengetahuan atau kecakapan ‘esoterik’( keahlian hanya diketahui dan dipahami oleh orang-orang tertentu saja) yang tidak dimiliki oleh anggota masyarakat lain ,
mungkin uraian pernyataan teori diatas masih terlalu kabur dan terkesan fatamorgana karena masih bisa uraian tersebut dijadikan landasan bagi profesi lainnya ,tetapi seperti apa kata motto para pratikan arsitek lansekap yang berbisnis STAND-UP FOR OTHER – DON’T GOSSIP -DON’T BITCH,
penjelasan dan uraian diartikel sebelumnya tidaklah terlalu mengecewakan dan berhasil memancing hasrat untuk ikutan memberikan ide-gagasan-konsep mini tentang hal-hal apa saja yang tersembunyi di arsitektur lansekap.
Dari film ‘berbagi suami’nya nia iskadardinata dimana dapat dibaratkan para suami dalam film tersebut adalah para profesional arsitek lansekap yang berusaha untuk menggeluti istrinya hanya dengan segala macam hasrat dan kebutuhan tanpa disertai dengan rasa cinta yang tak terbagi. Para profesional arsitek lansekappun hanya berusaha untuk sekedar mencari keuntungan dari bisnisnya dengan penuh sejuta impian dan harapan yang semu tanpa ada peningkatan kualitas akan kemampuan dan keahlian.
Apakah mereka melakukan kerja ber-profesi tanpa adanya suatu tujuan yang jelas dan tanpa pula sempat mengukur secara terperinci dan akurat jasa apakah yang akan diberikan kepada “klien” (baca;lahan) ?
Seringkali pada setiap pertemuan dengan para klien atau ‘sang istri’, sang suami hanya terpikir untuk akan segera mungkin mencari ‘obat kuat’ sebagai daya tambahan tenaga bagi memenuhi kebutuhan biologis para istri dan jika ternyata tidak juga mendapatkan hasil yang memuaskan kedua belah pihak ,maka terjadilah e***ulasi prematur atau dalam kata lain dilihat dari ‘kacamata bisnis’ terjadi kelumpuhan bisnis alias bangkrut ! dan pepatah ‘maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai’menjadi ruang penyesalan.
Bidang Arsitektur Lansekap bukanlah bidang yang sulit untuk diketahui secara jelas ruang lingkup bisnisnya, hal ini semua telah diketahui oleh para pratiksi yang telah terjun maupun yang belum ber-praktisi di dalam ruang lingkup bisnis ke-arsitektural lansekap, tetapi permasalahannya adalah sebeberapa besar mereka dapat meng-kalkulasikan kemampuan seorang professional arsitek lansekap dalam menjual jasanya dan menjadikan pengetahuan arsitektur lansekap menjadi komoditi jasa yang berharga dan bernilai untuk diperjualbelikan?
TRIGGER QUESTION
“UNIQUE SELLING POINT” apakah yang dapat dijual sebagai jasa arsitek lansekap?
“PELATIHAN APA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGOPTIMALKAN JASA TERSEBUT?
Terasa bias jika kita dihadapi dengan kedua pertanyaan tersebut, riset kecil-kecilan yang pernah dilakukan saat kedua pertanyaan itu diajukan ke para pratiksi yang sedang atau belum berkecimpung dibidang arsitektur lansekap pasti muncul jawaban juga yang terasa ngambang, kurang spesifik ada juga jawaban yang lebih mengena tetapi jika diambil suatu kesimpulan maka didapatkan rata-rata satu penyataan yang seragam jasaku adalah menciptakan keindahan sebuah taman dan pelatihan yang harus kudapat untuk mengoptimalkan jasa tersebut adalah pengetahuan kursus Autocad / komputer graphis.
Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika benar kedua kemampuan dan keahlian tersebut yang menjadi andalan jasa arsitektur lansekap ,tentu dapat kita tebak bahwa yang terjadi adalah perkembangan dari hulu kehilir untuk bisnis ini adalah segala sesuatu hal yang hanya berkaitan dengan bahan baku elemen taman (softmaterial /hardmaterial) dan dengan segala aksesorisnya, dan paling dikembangkan lagi dengan pemeliharaan (maintenance) dan pengadaan bahan baku (suplier) tersebut
Dan jika berhubungan dengan pengadaan material penunjang yang berkaitan dengan aspek teknologi maupun barang import , lahan bisnis yang dikembangkan akan bertemu dengan raksasa bisnis yang telah eksis, seperti pengadaan lampu, mesin pompa,sprinkler dsbnya.alhasil kita akan hanya sekedar mendapatkan komisi penjualan (agen distibutor )
Akibatnya akan segera diketahui, kita akan kalah bersaing dan akhirnya bisnis yang baru dimulai akan melemah karena kurangnya pengalaman dalam persaingan harga,mutu dan kwalitas dan kepalang basah maka kita akan beralih kearea bisnis yang lain yang tidak berhubungan sama sekali dengan disiplin ilmu.
Bisnis konsultan dan kontraktor arsitektur lansekap terjebak dalam ruang lingkup yang telah menjadi paradigma opini masyarakat (public opinion) mengenai ilmu arsitektur lansekap ini yaitu ilmu pembuat taman , dan kita tidak lagi dalam posisi mengendalikan arah dan perkembangan bisnis yang kita geluti tetapi menjadi mainan daripada kerangka opini publik yang telah tercipta sengaja atau tidak sengaja.
Pasar telah terbentuk ,kita tidak lagi bertindak sebagai seorang arsitek lansekap tetapi lebih kepada sekedar perancang estetika dari suatu ruang dan kita terjebak didalamnya bagaikan tersangkut dalam sarang labah-labah, tak berdaya menunggu pemodal besar masuk dan akan merusak tatanan yang telah tercipta dan akhirnya mati.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana dan kemana lagi bisnis arsitektur lansekap akan menuju?, Bagaimana agar mampu melangkah untuk menentukan ongkos dari jasa yang kita berikan?
Usaha yang terbaik bagi kita adalah dalam saat ekonomi yang sedang lemah bergerak ini dimana kita masih punya waktu untuk me-rekontruksi ulang persepsi kita yang salah dalam melihat ruang lingkup arsitektur lansekap dalam bisnis jasa di Indonesia.
Perlu pemikiran-pemikiran yang bermutu,berkualitas dan fokus dari para praktisi yang masih jujur-bersemangat-berkeahlian prima untuk berembug dan berdiskusi untuk menemukan solusi kreatif hal-hal apakah yang tersembunyi dalam arsitektur lansekap.
Dalam kalimat yang mungkin jauh dari kata sopan kita telah ‘buta’ dan tidak lagi kita melihat kedalaman bisnis lingkup arsitektur lansekap sebagaimana mestinya, tetapi kita hanya terpaku dengan ‘kacamata kuda’ yang terfokus untuk melihat dan gembira melihat banyaknya keanekaragaman istilah penamaan ruang lingkup jasa yang dapat diberikan tetapi wujud inti dari semua ruang lingkup pekerjaan itu adalah TAMAN ( bukan berarti kami mengesampingkan taman adalah bagian yang menyatu dengan jasa profesi lansekap)Yah betul taman sekali lagi taman dengan segala macam kalimat pengikatnya seperti taman resort ,taman rumah ,taman hotel ,taman kota,material taman dll,
Dan jikalau pun Taman adalah bagian dari arsitektur lansekap yang pada saat ini baru kita bisa garap sebagai lahan berprofesi, terlebih dahulu kita perlu mengetahui secara jelas ‘unique selling point’ dari jasa arsitek lansekap yang akan kita jual dipekerjaan taman tersebut apakah hanya sekedar menjual jasa menciptakan estetika dari sebuah tapak dengan cara dan teknik yang sama digunakan perangkai bunga hias dengan cara mengkreasi komposisi tanaman sehingga menjadi suatu rangkaian yang indah dan kemudian meletakan rangkaian taman tersebut disisi kolam hias atau pergola dsbnya, atau kita lagi berlomba-lomba menyatakan diri sebagai bagian tidak terpisahkan dengan ruang lingkup kerja profesi lain dan bertindak sebagai sekedar pemanis dari suatu bangunan.
Masih banyak yang dapat digali lebih dalam lagi dari hanya sekedar membuat gambar tempel berupa komposisi keindahan taman untuk sebuah ruang luar, profesi arsitek lansekap bukan sekedar perangko dari sebuah amplop surat yang akan dikirimkan, yang mana kesanggupannya hanya menempel pada ruang lingkup profesi lain.
Sudah menjadi tugas kita untuk tidak menyerah pada situasi yang salah kaprah ini dan sudah merupakan kewajiban bagi setiap insan arsitek lansekap lebih giat lagi untuk menyuarakan dan memperlihatkan keahlian dan kemampuan prima yang kita yang sesungguhnya Yang untuk itu kita harus melakukan proses studi selama 5 tahun di sebuah fakultas.
Tetapi tetap saja kita harus tetap memegang motto
STAND UP FOR OTHER – DON’T GOSSIP –DON’T BITCH..!!!
and keep your ear to the ground
Dari film ‘berbagi suami’nya nia iskadardinata dimana dapat dibaratkan para suami dalam film tersebut adalah para profesional arsitek lansekap yang berusaha untuk menggeluti istrinya hanya dengan segala macam hasrat dan kebutuhan tanpa disertai dengan rasa cinta yang tak terbagi. Para profesional arsitek lansekappun hanya berusaha untuk sekedar mencari keuntungan dari bisnisnya dengan penuh sejuta impian dan harapan yang semu tanpa ada peningkatan kualitas akan kemampuan dan keahlian.
Apakah mereka melakukan kerja ber-profesi tanpa adanya suatu tujuan yang jelas dan tanpa pula sempat mengukur secara terperinci dan akurat jasa apakah yang akan diberikan kepada “klien” (baca;lahan) ?
Seringkali pada setiap pertemuan dengan para klien atau ‘sang istri’, sang suami hanya terpikir untuk akan segera mungkin mencari ‘obat kuat’ sebagai daya tambahan tenaga bagi memenuhi kebutuhan biologis para istri dan jika ternyata tidak juga mendapatkan hasil yang memuaskan kedua belah pihak ,maka terjadilah e***ulasi prematur atau dalam kata lain dilihat dari ‘kacamata bisnis’ terjadi kelumpuhan bisnis alias bangkrut ! dan pepatah ‘maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai’menjadi ruang penyesalan.
Bidang Arsitektur Lansekap bukanlah bidang yang sulit untuk diketahui secara jelas ruang lingkup bisnisnya, hal ini semua telah diketahui oleh para pratiksi yang telah terjun maupun yang belum ber-praktisi di dalam ruang lingkup bisnis ke-arsitektural lansekap, tetapi permasalahannya adalah sebeberapa besar mereka dapat meng-kalkulasikan kemampuan seorang professional arsitek lansekap dalam menjual jasanya dan menjadikan pengetahuan arsitektur lansekap menjadi komoditi jasa yang berharga dan bernilai untuk diperjualbelikan?
TRIGGER QUESTION
“UNIQUE SELLING POINT” apakah yang dapat dijual sebagai jasa arsitek lansekap?
“PELATIHAN APA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGOPTIMALKAN JASA TERSEBUT?
Terasa bias jika kita dihadapi dengan kedua pertanyaan tersebut, riset kecil-kecilan yang pernah dilakukan saat kedua pertanyaan itu diajukan ke para pratiksi yang sedang atau belum berkecimpung dibidang arsitektur lansekap pasti muncul jawaban juga yang terasa ngambang, kurang spesifik ada juga jawaban yang lebih mengena tetapi jika diambil suatu kesimpulan maka didapatkan rata-rata satu penyataan yang seragam jasaku adalah menciptakan keindahan sebuah taman dan pelatihan yang harus kudapat untuk mengoptimalkan jasa tersebut adalah pengetahuan kursus Autocad / komputer graphis.
Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika benar kedua kemampuan dan keahlian tersebut yang menjadi andalan jasa arsitektur lansekap ,tentu dapat kita tebak bahwa yang terjadi adalah perkembangan dari hulu kehilir untuk bisnis ini adalah segala sesuatu hal yang hanya berkaitan dengan bahan baku elemen taman (softmaterial /hardmaterial) dan dengan segala aksesorisnya, dan paling dikembangkan lagi dengan pemeliharaan (maintenance) dan pengadaan bahan baku (suplier) tersebut
Dan jika berhubungan dengan pengadaan material penunjang yang berkaitan dengan aspek teknologi maupun barang import , lahan bisnis yang dikembangkan akan bertemu dengan raksasa bisnis yang telah eksis, seperti pengadaan lampu, mesin pompa,sprinkler dsbnya.alhasil kita akan hanya sekedar mendapatkan komisi penjualan (agen distibutor )
Akibatnya akan segera diketahui, kita akan kalah bersaing dan akhirnya bisnis yang baru dimulai akan melemah karena kurangnya pengalaman dalam persaingan harga,mutu dan kwalitas dan kepalang basah maka kita akan beralih kearea bisnis yang lain yang tidak berhubungan sama sekali dengan disiplin ilmu.
Bisnis konsultan dan kontraktor arsitektur lansekap terjebak dalam ruang lingkup yang telah menjadi paradigma opini masyarakat (public opinion) mengenai ilmu arsitektur lansekap ini yaitu ilmu pembuat taman , dan kita tidak lagi dalam posisi mengendalikan arah dan perkembangan bisnis yang kita geluti tetapi menjadi mainan daripada kerangka opini publik yang telah tercipta sengaja atau tidak sengaja.
Pasar telah terbentuk ,kita tidak lagi bertindak sebagai seorang arsitek lansekap tetapi lebih kepada sekedar perancang estetika dari suatu ruang dan kita terjebak didalamnya bagaikan tersangkut dalam sarang labah-labah, tak berdaya menunggu pemodal besar masuk dan akan merusak tatanan yang telah tercipta dan akhirnya mati.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana dan kemana lagi bisnis arsitektur lansekap akan menuju?, Bagaimana agar mampu melangkah untuk menentukan ongkos dari jasa yang kita berikan?
Usaha yang terbaik bagi kita adalah dalam saat ekonomi yang sedang lemah bergerak ini dimana kita masih punya waktu untuk me-rekontruksi ulang persepsi kita yang salah dalam melihat ruang lingkup arsitektur lansekap dalam bisnis jasa di Indonesia.
Perlu pemikiran-pemikiran yang bermutu,berkualitas dan fokus dari para praktisi yang masih jujur-bersemangat-berkeahlian prima untuk berembug dan berdiskusi untuk menemukan solusi kreatif hal-hal apakah yang tersembunyi dalam arsitektur lansekap.
Dalam kalimat yang mungkin jauh dari kata sopan kita telah ‘buta’ dan tidak lagi kita melihat kedalaman bisnis lingkup arsitektur lansekap sebagaimana mestinya, tetapi kita hanya terpaku dengan ‘kacamata kuda’ yang terfokus untuk melihat dan gembira melihat banyaknya keanekaragaman istilah penamaan ruang lingkup jasa yang dapat diberikan tetapi wujud inti dari semua ruang lingkup pekerjaan itu adalah TAMAN ( bukan berarti kami mengesampingkan taman adalah bagian yang menyatu dengan jasa profesi lansekap)Yah betul taman sekali lagi taman dengan segala macam kalimat pengikatnya seperti taman resort ,taman rumah ,taman hotel ,taman kota,material taman dll,
Dan jikalau pun Taman adalah bagian dari arsitektur lansekap yang pada saat ini baru kita bisa garap sebagai lahan berprofesi, terlebih dahulu kita perlu mengetahui secara jelas ‘unique selling point’ dari jasa arsitek lansekap yang akan kita jual dipekerjaan taman tersebut apakah hanya sekedar menjual jasa menciptakan estetika dari sebuah tapak dengan cara dan teknik yang sama digunakan perangkai bunga hias dengan cara mengkreasi komposisi tanaman sehingga menjadi suatu rangkaian yang indah dan kemudian meletakan rangkaian taman tersebut disisi kolam hias atau pergola dsbnya, atau kita lagi berlomba-lomba menyatakan diri sebagai bagian tidak terpisahkan dengan ruang lingkup kerja profesi lain dan bertindak sebagai sekedar pemanis dari suatu bangunan.
Masih banyak yang dapat digali lebih dalam lagi dari hanya sekedar membuat gambar tempel berupa komposisi keindahan taman untuk sebuah ruang luar, profesi arsitek lansekap bukan sekedar perangko dari sebuah amplop surat yang akan dikirimkan, yang mana kesanggupannya hanya menempel pada ruang lingkup profesi lain.
Sudah menjadi tugas kita untuk tidak menyerah pada situasi yang salah kaprah ini dan sudah merupakan kewajiban bagi setiap insan arsitek lansekap lebih giat lagi untuk menyuarakan dan memperlihatkan keahlian dan kemampuan prima yang kita yang sesungguhnya Yang untuk itu kita harus melakukan proses studi selama 5 tahun di sebuah fakultas.
Tetapi tetap saja kita harus tetap memegang motto
STAND UP FOR OTHER – DON’T GOSSIP –DON’T BITCH..!!!
and keep your ear to the ground
Posting Komentar