Jumat, Mei 02, 2025
Dongeng Lanskap Nusantara: Kisah yang Berbisik di Denyut Nadi Bangsa




"Di negeri ini, tanah bukan sekadar pijakan, ia adalah kenangan yang tumbuh, luka yang menyembuhkan, dan harapan yang berakar dalam diam."

Di sebuah negeri yang diselimuti kabut pagi, di antara gunung-gunung yang membentang seperti raksasa tidur dan sungai-sungai yang berkelok seperti untaian sutra perak, hiduplah seorang pemuda bernama Raka. Ia adalah anak seorang penjaga hutan kerajaan, dan sejak kecil, ia telah terbiasa berlarian di bawah pepohonan raksasa, mendengar suara dedaunan yang berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang mencintai tanah ini.

Suatu hari, kakeknya memanggilnya duduk di bawah sebuah pohon beringin tua yang berdiri megah di tengah alun-alun desa.

“Raka, dengarlah baik-baik,” ujar sang kakek sambil menepuk tanah dengan telapak tangannya yang kasar, penuh jejak waktu.

“Kau pikir tanah ini hanya sekadar tanah? Tidak, Nak… ini adalah kitab yang ditulis oleh leluhur kita.”

Raka mengernyit. “Kitab?”

Sang kakek tersenyum, matanya memandang jauh ke masa lalu yang tak terlihat. “Di sini, di bawah pohon ini, nenek moyang kita dulu berkumpul, mendiskusikan bagaimana membangun taman yang indah bagi para raja. Di hutan sana, mereka merancang pematang sawah yang bisa mengalirkan air seperti urat nadi dalam tubuh manusia.

Mereka tidak menyebutnya ‘arsitektur lanskap’, tetapi mereka telah melakukannya—karena alam bagi mereka bukan sekadar ruang, tetapi bagian dari jiwa mereka.”

Raka mengusap tanah di bawahnya, seakan mencoba membaca huruf-huruf tak terlihat yang tertulis di sana.

“Lalu… kenapa sekarang orang-orang berkata bahwa ilmu ini datang dari negeri jauh? Apakah leluhur kita tidak mengetahuinya?”

Angin sore berembus lembut, membawa suara burung yang kembali ke sarangnya. Kakeknya menghela napas panjang.

“Dunia berubah, Nak. Suatu hari, kapal-kapal besar datang, membawa orang-orang yang berbicara bahasa yang asing. Mereka menggambar garis-garis lurus di atas tanah kita, membangun taman-taman yang tampak rapi namun terasa asing.Mereka menyebutnya ‘arsitektur lanskap’. Dan orang-orang kita mulai lupa… bahwa sebelum itu semua ada, kita telah lebih dulu berbicara dengan tanah, dengan air, dengan angin.”

Raka menggigit bibirnya. “Jadi, apakah itu berarti ilmu ini bukan milik kita?”

Sang kakek menggeleng, lalu dengan tangannya yang berkerut, ia mengambil segenggam tanah dan menggenggamnya erat.

“Bukan begitu, Nak. Ilmu ini bukan sesuatu yang asing. Ia bukan barang baru yang dicangkokkan ke dalam hidup kita. Ia adalah bagian dari kita. Kau tahu, seperti darah yang mengalir di tubuhmu, seperti ingatan yang diwariskan dari kakek buyutku ke ayahku, lalu kepadaku, dan kini kepadamu. Ini bukan sesuatu yang datang dari luar—ini adalah sesuatu yang telah ada dalam diri kita, bahkan sebelum kita sadar bahwa ia ada.”

 Raka memejamkan mata. Dalam keheningan, ia mendengar suara angin yang berdesir di antara batang-batang pohon, suara air yang menari di sungai, dan langkah kaki leluhurnya yang pernah berjalan di tanah yang sama. Saat ia membuka mata, ia melihat lanskap di sekelilingnya dengan cara yang berbeda. Ini bukan hanya tanah. Ini adalah cerita. Ini adalah nyawa.

"Sebelum tanah ini dijadikan tapak kekuasaan, ia lebih dulu menjadi tempat berdoa. Sebelum disebut 'arsitektur lanskap', ia telah menjadi puisi yang ditulis dengan angin, air, dan waktu."

Maka, di hari-hari berikutnya, Raka tidak hanya berjalan di tanah itu—ia mulai membacanya, mendengarnya, merasakannya. Ia tahu, tugasnya bukan sekadar menjaga pohon atau sawah. Ia harus menjaga ingatan. Ia harus menjaga jiwa tanah ini, agar tak pernah hilang, agar tak pernah terlupakan.

Karena tanah ini bukan sekadar tempat berpijak. Ia adalah bisikan leluhur. Ia adalah denyut nadi bangsanya. Ia adalah lanskap yang harus tetap hidup dalam setiap anak negeri.

Lanskap di Nusantara bukan sekadar ruang yang berubah seiring waktu. Ia adalah jejak peradaban, kisah yang tak terputus, dan cerminan jiwa bangsa. Sejak zaman kerajaan, saat hutan-hutan dipahat menjadi taman keraton, hingga era modern di mana lanskap dipadatkan oleh beton, selalu ada benang merah yang menghubungkan manusia dengan tanahnya.

Lanskap adalah sejarah yang hidup—ia tidak diam dalam buku-buku akademik, tetapi berdenyut dalam ingatan kolektif masyarakat. Ia mengalir dalam cerita rakyat, terselip dalam legenda, dan tertanam dalam praktik budaya yang diwariskan turun-temurun. Dalam naungan pepohonan rindang atau di antara batu-batu candi yang ditumbuhi lumut, ada bisikan masa lalu yang tetap berbisik kepada kita—bahwa hubungan manusia dan lanskap bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul, melainkan telah terjalin sejak leluhur kita pertama kali menjejakkan kaki di bumi Nusantara.

Romantisme dalam lanskap tidak hanya berbicara tentang estetika ruang, tetapi tentang cinta dan keterikatan manusia dengan tanah airnya. Sebuah pohon tua di tengah desa bukan hanya sekadar pohon, tetapi saksi bisu pertemuan dua sejoli, tempat perayaan panen, atau titik awal perjalanan seorang anak yang kelak menjadi pemimpin. Sebuah sungai yang mengalir di antara perkampungan bukan hanya sekadar sumber air, tetapi juga jalur perdagangan, tempat bermimpi para nelayan, dan kisah yang tak pernah berhenti diceritakan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dalam perjalanan bangsa, lanskap telah mengalami perubahan drastis. Dari lanskap alami yang sakral di zaman kerajaan, kolonialisasi yang membawa pendekatan geometris dan kekuasaan, modernisasi yang mendistorsi nilai-nilai lokal, hingga era kontemporer di mana kita mulai mencari kembali identitas kita yang hilang. Namun, di balik semua transformasi ini, esensi lanskap Nusantara tetaplah satu: ia adalah identitas kita, bagian dari DNA budaya kita, dan warisan yang harus kita jaga.

Maka, memahami arsitektur lanskap Indonesia bukan hanya soal belajar tentang taman atau ruang terbuka, tetapi tentang mengenali diri kita sendiri sebagai bangsa yang tumbuh bersama alamnya. Jika kita ingin membangun lanskap masa depan, maka kita tidak boleh melupakan akar-akar yang telah memberi kita kehidupan sejak dulu.

"Arsitektur lanskap bukan tentang membentuk ruang, melainkan tentang mengizinkan ruang menyentuh kembali nurani kita yang nyaris punah."

Dan seorang mahasiswa baru, duduk di barisan depan, menatap tulisan yang baru saja ditorehkan oleh dosennya: “Arsitektur Lanskap: Sebuah Ilmu yang Terlambat Dikenal.”

 

Label: , , , , , , ,


Read more!
 
posted by smartlandscape at 04.10 | Permalink | 0 comments
Minggu, Maret 11, 2012
Superplans Martha Calderon

D
i pagi minggu setelah membongkar dan membereskan perpustakaan pribadi di studio, dan saya menemukan kembali majalah Design Graphic yang dulu menjadi pegangan saat belajar mengenai photoshop, majalah ini sudah agak lama terbit sekitar tahun 2001 saya medapatkan majalah ini dari seorang teman yang baru pulang belajar studi graphis di Australia sebagai oleh oleh.

Kenapa majalah Design Graphic ini menjadi penting ? karena disalah satu artikelnya membahas tentang SUPERPLANS MARTHA CALDERON yang merupakan cara baru untuk memuat Denah Siteplan atau Denah Masterplan terlihat lebih hidup. Dan baru baru ini di akhir tahun 2011 saya mendapatkan kesempatan untuk melihat penampilan Denah Masterplan dari sebuah perusahaan konsultan Arsitektur Lansekap ternama dan WOW….!! Penampilan presentasi denah masterplan tersebut sangat memukau dengan kepiawaian membuat gambar denah terlihat lebih hidup dan menarik.Secara otomatis saya langsung teringat akan majalah Design Graphic , karena ada teknik yang hampir sama untuk di aplikasikan dan kemudian berusaha untuk mencarinya.





Dibawah ini merupakan artikel majalah tersebut yang saya coba terjemahkan dan semoga berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan para arsitek lansekap dan mungkin tertarik untuk mencoba pendekatan seperti ini.




Artikel Superplan Martha Calderon
Seorang Martha Calderon memiliki pendekatan yang unik dalam menghadirkan visualisasi hasil disain anatar hasil rancang Autocad dengan photoshop dengan memberikan sentuhan akhir sehingga presentasi gambar denah terasa lebih hidup ( breathe life) dan memiliki kesan kedalaman ( depth)

Sosok Martha Calderon merupakan lulusan arsitek di Bogota Columbia tahun 1988, selama ini menghabiskan waktu membuat illustrative plan dengan cara tradisional yaitu menggunakan airbrush.

Pengalaman pertamanya dengan Photoshop Cs membuatnya seakan menemukan sebuah dunia lain yang dapat di telusuri, dia menyatakan bahwa Photoshop Cs merupakan alat yang tepat untuk membuat sebuah illustrative plan menjadi terlihat lebih baik. menurutnya dengan alat ini dia akan dapat lebih banyak menggambar tekstur dan objek.
“saya hanya membutuhkan Photoshop dan Imajinasi” katanya







Library/Pustaka

Langkah pertama yang dilakukan setelah menemukan dan mengetahui keunggulan photoshop adalah membangun kepustakaan tekstur, material, furniture, phon, mobil dan banyak objek objek lainnya, dia menyenangi setiap proyek yang diterimanya karena menurutnya setiap proyek akan memberikan kesempatan untuk membentuk dan menciptakan bentuk objek yang baru.





Proses
Langkah pertama yang dilakukannya adalah melakukan rancangan dengan menggunakan Autocad, dan setelah gambar itu selesai maka rencana gambar tersebut di export ke photoshop dan diletakan pada layer pertama, kemudian di tambahkan layer layer baru diatasnya untuk dinding, furniture, lantai dll
Kadang untuk sebuah objek yang di gambar, dia melakukan retouch pada objek sebelum mengkomposisikan elemen tersebut.

Langkah terakhir untuk membuat illustrative plan itu memiliki kesan ‘ pop out’ maka dia melakukan ‘finshing touch’ dengan menambahkan shadow/bayangan dan memberikan kesan 3D pada setiap objek yang ada.

Sebuah penampilan dari presentasi Denah Masterplan menjadi Superplan dengan menggunakan aplikasi Photoshop Cs adalah teknik yang di gunakan Martha Calderon dan merupakan teknik yang baik untuk di terapkan dalam setiap penampilan hasil karyapresentasi Masterplan.

Yok…mencoba Superplans…!!!!


Label:


Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 20.43 | Permalink | 0 comments
Rabu, November 07, 2007
NEW OPTION In landscape Design Software



P
erangkat komputer pada hari belakang ini telah menjadi alat baru bagi para Arsitek Lansekap dalam melakukan pekerjaannya,sebuah meja gambar berukuran A0 bermerk MUTOH yang dulu menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah ruangan biro Arsitek Lansekap telah tergantikan dengan seperangkat monitor LCD berukuran 17 inch dengan Hardisk penunjang serta hanya memerlukan sebuah meja disalah satu sudut ruangan,ringkas dan efisien.
Banyak program ‘software’ aplikasi komputer yang ditawarkan yang dapat membantu para praktisi dalam melakukan pekerjaan perencanaan maupun perancangan lansekap suatu tapak, membuat kerja penciptaan suatu ruang menjadi lebih mudah dan cepat.

Mungkin mudah untuk menyatakan hal tersebut diatas bagi yang telah terbiasa dengan perangkat komputer dalam kehidupannya sehari-hari,akan tetapi jika kita ingin meningkatkan produktifitas dan kualitas rancangan lansekap sambil mengendalikan biaya dan waktu sudah saatnya kita mulai memberdayakan diri dengan menggunakan perangkat digital komputer dalam melakukan pekerjaan perencanaan maupun perancangan arsitektur lansekap.



Pertanyaannya adalah Peralatan Digital bagaimana yang sanggup untuk memudahkan pekerjaan ini?


Harga murah mungkin merupakan pilihan yang dibutuhkan seorang arsitek lansekap yang bekerja untuk proyek-proyek dalam skala kecil seperti Taman Rumah dsbnya tetapi aplikasi yang lebih tinggi diperlukan untuk proyek-proyek skala perencanaan besar yang membutuhkan produk hasil yang ‘sophisticated’

Secara umum banyak biro Arsitek Lansekap didalam maupun diluar negeri mempergunakan program aplikasi/software AUTOcad , arcGIS ,LANDcad untuk membantu melakukan pekerjaan perencanaan maupun perancangan dan mempergunakan 3dMAX dan Photoshop maupun Vray sebagai alat untuk membuat presentasi visual karya menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh orang awam.



Semua kembali kepada kesukaan dan minat para pemakai program aplikasi,seperti era dulu banyak pilihan merk antara Meja Gambar merk Mutoh atau Max ,Alat gambar Staedler atau Rotring,Perwarnaan rendering Pinsil Warna atau Marvy ,Demikian pula pada penggunaan aplikasi software kembali kepada minat para pemakai dan kemampuan daya beli.karena setiap perangkat software yang terpakai akan mempengaruhi juga kapasitas kerja dari perangkat CPU/Hardisk yang kita miliki dan otomatis mempengaruhi besar kecilnya dana yang harus disediakan.

Kami pribadi yang selalu bekerja dalam bidang perancangan lansekap (landscape design) mempergunakan 4 macam perangkat’software’ seperti Coreldraw 12 sebagai alat Bantu dalam proses penggambaran rancangan ,Sketchup pro 5 sebagai alat Bantu proses perancangan dan membuat gambar 3 dimernsi /sketsa ,Artlantis sebagai alat Bantu untuk memberi pewarnaan/rendering pada produk rancangan dan Photoshop 7 sebagai alat pemberian image akhir /finishing touch ditunjang dengan CPU berisikan processor Intel Pentium 4.kemudahan dalam mengoperasikan ‘tool’ dalam perangkat aplikasi ini yang membuat ke 4 perangkat ini telah menjadi bagian dalam setiap pekerjaan proses disain.Dilengkapi dengan sebuah kamera digital untuk kepentingan mengkoleksi data image maupun keperluan survey lapangan dan sebuah wizardpen 5x4 dari genius membuat pekerjaan menjadi lebih mudah daripada harus mempergunakan mouse.


Sebuah aplikasi anyar program/graphis software telah dikeluarkan oleh Google yaitu SketchUP Dengan brandimage the last software, google menjamin kemudahan dan keefisienan mempergunakan aplikasi ini dalam proses perencanaan maupun perancangan arsitektur lansekap ( Reviews from Landscape Architecture Magazine June 2006). Kelengkapan library yang terdapat dalam aplikasi ini membuat pekerjaan merancang lansekap dengan bantuan computer menjadi lebih gampang,mulai dari pembuatan denah,potongan,tampak mapun penampilan 3 dimensi sebuah hasil rancangan.Program ini juga dapat menerima produk hasil Autocad (format DWG) dsbnya.
SketchUp Pro imports a variety of file formats, including:

* Shape files, feature classes, orthophotos, and TINS
* CAD data - DXF and DWG
* 3DS files
* Digital Elevation Models - DEM and SDTS
* Raster data - digital photos, JPG, TIFF, PNG, etc.


SketchUp Pro exports to variety of file formats, including:

* ArcGIS as either multipatch or 3D symbology
* CAD packages
* Rendering packages
* Presentation packages



Dan masih banyak program aplikasi graphis / Graphic software yang dapat membantu para praktisi arsitektur lansekap bekerja dibawah ini ada beberapa program yang dapat dilihat dan diinstall versi trial nya alias gratis.

• 3D garden Composer,www.gardencomposer.com
• Burpee 3D Garden Designer & Plant Enclyopedia and Growlt,www.wildchicken.com
• DynaSCAPE,www.gardengraphics.com
• Landmark,www.nemetschek.net/landmarks
• Landscape Architects’s Design Group,www.LADG.com
• Landscape & Irrigation Design Solution,www.eaglepoint.com/landscape
• O2 Planning+design Inc,www.o2design.com
• PlantARE,www.plantare.com
• PRO Landscape,www.drafix.com
• Punch!Master Landscape Pro and Home Design,www.punchsoftware.com
• Total 3D landscape deluxe,3D home Landscape designer, and 3D home Landscape Design Deluxe,www.broderbund.com
• Sketchup,www.sketchup.com


Untuk meningkatkan daya saing dalam kehidupan berpraktisi di bidang Arsitektur Lansekap sudah saatnya kita mencoba beralih mempergunakan peralatan aplikasi grafis komputer dan membiasakan diri berkecimpung dalam dunia digital.penggunaan peralatan computer tidaklah sesulit seperti yang dibayangkan hanya perlu ketekunan dan keinginan untuk dapat lebih maju dari hari kemarin.

Itu sudah !




Label:


Read more!
 
posted by JOHN F.PAPILAYA at 18.30 | Permalink | 5 comments